Senin 29 Jun 2015 15:05 WIB

Organisasi Keagamaan Bisa Pelihara Kerukunan Umat

Massa dari berbagai Ormas Islam se-Kota Palembang melakukan pawai gembira menyambut bulan suci Ramadan di  sepanjang jalan protokol Kota Palembang, Sumsel, Ahad (14/6).  (Antara/Feny Selly)
Demonstran dari berbagai ormas Islam melakukan unjukrasa di Bundaran HI,Jakarta, Rabu (27/5). (Republika/ Tahta Aidilla)

Penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut:

1.    Dinamika MUI Tangsel tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan lingkungan sosial yang cenderung kurang terkontrol. Secara normatif keagamaan, wilayah Tangsel telah dimanfaatkan oleh sementara orang untuk tujuan persembunyian dan pematangan kegiatan terorisme. Menurut MUI Tangsel, terorisme adalah bentuk kemungkaran yang melawan ajaran agama.

2.    Peranan dari kebersamaan tokoh agama dan tokoh-tokoh yang ada di masyarakat menjadi sangat penting dalam mewujudkan kerukunan umat beragama di kota Medan.

3.    Sikap Muhammadiyah terhadap konflik rumah ibadah berbeda dengan Ormas penentang keberadaan Gereja. Meskipun sama-sama menolak, namun sikap dan respon yang dilakukan lebih mengedepankan pendekatan persuasif dan tidak reaksioner. Sikap Muhammadiyah ini dilandasi oleh nilai-nilai dan mekanisme dari organisasi. Muhammadiyah Jawa Barat berpandangan, dalam menangani konflik rumah ibadah harus bermula dari internal kelompok agama masing-masing.

4.    Orientasi program 2010-2015 Muhammadiyah Sumatera Barat dijadikan landasan dalam memelihara kerukunan umat beragama di wilayah tersebut. Program tersebut yakni, pengutan kapasitas lembaga, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat, layanan sosial dan kesehatan, penyediaan sarana dan penguatan kapasitas SDM, misi kemanusiaan dan penanggulangan bencana alam, tuntutan keberagamaan, dan penguatan lembaga filantropi. 

5.    HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh) sebagai pencetus kembalinya tradisi pemikiran ulama Aceh yang peduli dalam resolusi konflik yang bernuansa Islam. Peneliti mengutip pemikiran H. Ibrahim Bardan Ulama Dayah Aceh tentang Resolusi Konflik dalam Agama Islam suatu kajian normatif dan historis, merupakan suatu pemikiran yang berguna dalam menyelesaikan konflik berbagai konflik yang akhir-akhir ini sering muncul di Indonesia. Penyelesain konflik yang dimaksud bukan hanya konflik yang bernuansa agama tetapi juga konflik pada umumnya.

6.    Himpunan Penceramah Jambi (HPJ) menjadi elemen sosial yang mendukung tercapainya program-program pembangunan agama di Jambi. Peran mereka tidak sekedar mengisi pembangunan bidang ruhani bagi masyarakat Kota Jambi, para penceramah yang tergabung dalam HPJ ini juga membantu penyebarluasan program pembangunan bidang jasmani. Peran para penceramah HPJ ini, selain sebagai pembimbing dan pemberi landasan moral dan etis, mereka juga bertindak sebagai motivator dan mediator antara masyarakat dengan pemerintah dan pengusaha.

7.    Peranan Walubi dalam proses pembangunan kehidupan beragama di Indonesia, utamanya di DKI Jakarta. Peranan Walubi dibedakan antara Pusat dan daerah. Walubi daerah DKI Jakrta, lebih menjalin kerjasama dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dalam proses pembangunan agama. Dan Walubi Pusat lebih menyoal masalah konflik yang kemungkinan akan terjadi baik di kalangan internal dan eksternal umat Buddha. Walubi senantiasa memposisikan menjadi mediator ketika terjadi perselisihan antara majelis Buddhis, dan merespon balik isu-isu konflik dalam kehidupan beragama di dalam dan diluar Budha.  

8.    Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragana (KUB) oleh PHDI Lampung pada intern umat beragama, meliputipembinaa yang bersifat spiritual, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Antar umat beragama, lebih pada mengadakan dialog perdamaian dan mengadvokasi perdamaan.

9.    Prinsip kebersamaan Majelis Pandita Buddha Maitreya kota Batam yakni bahwa semua makhluk adalah keluarga, dijadikan sumber referensi utama dalam menyusun muatan materi ceramah keagamaan. Selain melalui ceramah, aksi kongkrit Majelis Pandita Buddha Maitreya kota Batam dalam membina kerukunan umat beragama adalah dengan membangun sekolah yang terbuka untuk semua agama. 

10.    Dinamika peran FUI dalam memelihara kerukunan umat beragama di Sumsel lebih cenderung ke arah penjagaan aqidah Islam muslim bumi Sriwijaya. FUI cenderung mengawal fungsi pemerintah, toleran terhadap ormas keagamaan lain jika dalam batas tidak mengganggu aqidah Islam muslim Sumsel, dan cenderung menjadi penyeimbang dari adanya indikasi terjadinya dekadensi moral kaum muda di Bumi Sriwijaya. Kecenderungan FUI dalam memelihara kerukunan umat beragama di Sumsel adalah mengantisipasi adanya kecenderungan kristenisasi di Sumsel, hal ini dipahami peneliti sebagai batasan toleransi FUI dengan elemen sosial lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement