REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Dr Ahmad Satori Ismail mengatakan Ikadi menyediakan wadah bagi dai yang ingin menerbitkan karyanya dalam bentuk buku.
"Ikadi sudah lama menggiatkan budaya menulis di kalangan ulama ini. Kita punya penerbit, jadi para dai disarankan untuk menerbitkan buku mereka,'' ungkap Ahmad Satori Ismail menjelaskan.
Ulama lainnya, Ustaz Yusuf Mansur, juga sependapat mengenai pentingnya dakwah melalui tulisan. "Betul, sangat betul. Kalau umat Islam tidak mengenal penulisan, tentu tidak akan ada Alquranul Karim yang sampai saat ini kita sama-sama baca," ujar Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur'an, Cipondoh, Tangerang, ini.
Menurutnya, dakwah melalui tulisan mampu menanamkan nilai-nilai yang kuat dan tidak mudah hilang dari ingatan umat Islam. Karena itulah, ia mengajak seluruh ulama untuk giat berdakwah melalui pena. ''Bagi yang belum terbiasa, sebaiknya mulai membiasakan diri menulis.''
Menteri Agama (Menag) Lukman Saifuddin juga ikut menyoroti kurang aktifnya ulama Indonesia dalam berdakwah melalui tulisan. Ia melihat hal ini sebagai permasalahan yang kompleks.
''Bagaimanapun juga, masyarakat Indonesia belum memiliki budaya membaca dan menulis yang tinggi. Kebanyakan masih berada dalam tahap budaya mendengar,'' kata Menag kepada Republika, Rabu (11/2) malam.
Ia sepakat semangat ulama untuk menulis perlu ditingkatkan. Hal ini penting agar mereka dapat melanjutkan apa yang telah dilakukan para ulama terdahulu dengan meninggalkan warisan kitab-kitab yang sangat berharga.
Pemerintah, menurut Menag, sebenarnya tidak menutup mata terhadap masalah ini. Karena itulah, Kemenag telah menggulirkan sejumlah program yang bertujuan meningkatkan kemampuan serta semangat para ulama untuk berdakwah melalui tulisan.
Melalui Badan Litbang Kemenag, beberapa karya ilmiah, di antaranya, dari para ulama, dikumpulkan. Karya ini diharapkan dapat memotivasi generasi muda untuk menghasilkan karya serupa yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini.