4. Ibn al-Haytham (Alhazen)
Dikenal sebagai bapak optik modern karena penemuan dan karya-karyanya di bidang ilmu optik dan pencahayaan benda. Penemuan itu menjadi cikal bakal kamera yang masih digunakan sampai sekarang ini.
Penemuannya sudah ada sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya jauh sebelum Snellius, penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran bintang-bintang dekat zenit.
Alhazen juga dikenal dengan nama Al-Basri karena dia lahir di Kota Basra. Alhazen adalah seorang ilmuwan matematika, astronomi, meteorologi dan metode sains. Al-haytham dalam bahasa Arab artinya adalah burung elang muda. Ia lahir tahun 965 M di Basra kemudian meninggal tahun 1040 M di Kairo.
5. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
Ia merupakan seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 M di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad.
Buku pertamanya, Al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
Transliterasi bahasa Latin dari Aritmatikanya, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Sejarawan al-Tabari menyebutnya Muhammad bin Musa al-Khwarizmi al-Majousi al-Qutrubbulli. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan dia berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Ia telah menjadi panutan bagi ilmuwan dari dunia Barat. Karyanya berupa kitab Aljabar, Dixit algorizmi, Rekonstruksi Planetarium, dan Kampus Corpus Christi MS 283.