Ahad 27 Jul 2014 06:14 WIB

Rindu Zakat

Zakat (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Zakat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Erick Yusuf

Banyak orang yang menetapkan (membayarkan) haul zakatnya pada bulan Ramadhan. Karenanya, zakat fitrah senantiasa disandingkan dengan zakat mal dan yang lainnya demi mengejar keutamaan berbuat kebaikan pada bulan Ramadhan.

Menariknya, tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan zakatnya pada 10 hari terakhir. Hal ini lebih disebabkan perhitungan uang tunjangan hari raya (THR) yang diterima kebanyakan yang berstatus sebagai pegawai perusahaan dan yang lainnya.

Pada akhirnya, Ramadhan yang berkah ini memunculkan bukan hanya kerinduan terhadap amalan puasanya saja, melainkan secara menyeluruh juga masuk seluruh amalan kebaikan, termasuk zakat.

Zakat mempunyai beberapa pemahaman. Di antaranya, pertama an-Nama (tumbuh dan berkembang). Artinya, harta yang dikeluarkan zakat darinya, tidaklah akan berkurang, justru akan tumbuh dan berkembang lebih banyak.

Kedua, ath-Thaharah (suci). Artinya harta yang dikeluarkan zakatnya, akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang memilikinya dari kotoran hasad, dengki, dan bakhil.

Ketiga, ash-Shalahu (baik). Artinya, harta yang dikeluarkan zakatnya, akan menjadi baik dan zakat sendiri akan memperbaiki kualitas harta tersebut dan memperbaiki amal yang memilikinya.

Kata zakat dalam Alquran disebutkan sebanyak 32 kali. Dan, khusus penyebutan kata zakat berbarengan dengan perintah shalat sebanyak 28 kali.

Hal ini menunjukkan bahwa perintah zakat sama pentingnya dengan perintah shalat. Para ulama juga mengaitkan perintah zakat dengan simbol seluruh urusan terhadap sesama manusia (hablumminannas).

Ya, karena zakat sesungguhnya mengajarkan kepada kita untuk memahami beberapa ilmu. Di antaranya, database. Kita harus cerdas mendata siapa yang berhak menerima zakat dari lingkungan terdekat kita.

Berkaitan dengan itu, tentu saja kita mesti melakukan survei atau blusukan. Itulah yang membuat kita bersilaturahim, minimal pada lingkungan terdekat.

Dengan blusukan, kita bisa langsung melihat sekaligus merasakan orang-orang yang membutuhkan pertolongan, yang kekurangan, dan sebagainya. Dengan demikian, akan memunculkan empati langsung dari hati, ikhlas tanpa rekayasa.

Tidak jarang air mata bercucuran, sekaligus tawa bahagia bercampur aduk ketika kita terjun langsung ikut dengan para amil atau lembaga zakat untuk blusukan atau kukurusukan membagikan ke pelosok-pelosok daerah.

Subhanallah, begitu indah zakat. Kita akan menjadi rindu untuk senantiasa berzakat karena bisa merasakan hal yang sama.

Tetapi, jika tidak sempat karena belum mendapat kelapangan waktu, bayangkan dengan imajinasi kita hadir bersama mereka.

Lihat foto-foto program para lembaga amil zakat, yang notabene mewakili kehadiran jasad kita di sana walau hal itu tidak mewakili rasa kita.

Seandainya kita bisa hadir secara langsung maka kita bisa merasakannya dengan hati. Namun, karena tidak bisa, cukuplah rasa itu yang membuncah.

Sebab, jasad ini boleh saja terpisah oleh jarak, tetapi tidak dengan hati. Karena, hati selalu tetap terpaut. Ah, rindu zakat, semangat untuk berzakat. Sudahkah kita berzakat? Mari segera ditunaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement