Ahad 13 Jul 2014 21:03 WIB

NU Australia-New Zealand Gelar Safari Ramadhan

Muslim Australia tengah melaksanakan shalat jamaah di Masjid Canberra.
Foto: Canberratimes.com.au
Muslim Australia tengah melaksanakan shalat jamaah di Masjid Canberra.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE – Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand (PCI NU-ANZ) mengadakan kegiatan Safari Ramadhan (3-27 Juli 2014).

Kegiatan ini dirancang untuk mengisi kehausan komunitas Muslim Indonesia di Australia dan New Zealand akan siraman rohani yang berkualitas dan relevan dengan kondisi mereka.

“Relevan menjadi kata kunci di sini. Sebagai minoritas, mereka menghadapi banyak tantangan dalam menjalankan ajaran Islam. Ini tentu berbeda dengan masyarakat Muslim yang hidup di Indonesia, yang nyaris tanpa menghadapi kendala sama sekali, karena memang mayoritas Islam,” jelas Ketua Tanfidziyah PCI NU-ANZ, Mokhamad Nur dalam rilisnya yang diterima ROL, Ahad (13/7).

Menurutnya, Islam ala NU yang mengusung Islam rahmatan lil Alamin dinilai cukup pas dengan kondisi di sini. Karenanya, kegiatan ini selalu dinantikan oleh warga setempat dan PCI NU-ANZ berusaha melaksanakannya secara rutin setiap tahun.

Rangkaian safari kali ini diawali dari Perth (3-6 Juli), Adelaide (6-10 Juli), Sydney (10-13 Juli), Melbourne (13-17 Juli), Canberra (17-20 Juli), Brisbane (20-24 Juli) dan diakhiri di Auckland New Zealand (24-27 Juli).

Dalam serangkaian kegiatan yang padat tersebut, penceramah mengunjungi dan menyampaikan materi di majelis taklim, komunitas perempuan Muslim, kalangan akademik di kampus, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan juga Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).

Selama beberapa tahun PCI NU-ANZ menyelenggarakan Safari Ramadhan, tahun ini menjadi istimewa. “Yang membuat Safari Ramadhan kali ini menjadi istimewa adalah PCI NU-ANZ mengundang intelektual yang juga muballighah (mubaligh perempuan). Di adalah Dr Faizah Ali Syibromalisi, pakar tafsir dari UIN Syarif Hidayatullah Ciputat,” kata Nur.

Menurut dia, mengundang perempuan bukan tanpa alasan. Secara implisit PCI NU-ANZ ingin mempertegas bahwa perempuan banyak yang memiliki kapasitas bagus dan memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih banyak berkontribusi kepada masyarakat.

“Bila kesempatan luas diberikan kepada perempuan, maka diharapkan ini bisa menjadi bola saju yang menggelindingkan inspirasi kepada perempuan lain untuk terus meningkatkan kapasitas dan lebih kontribusi kepada masyarakat,” kata mahasiswa doktoral di Victoria University itu.

Lebih lanjut dia juga menyatakan bahwa penceramah yang diundang sudah dipilih berdasarkan kriteria yang ketat. Bukan hanya mempertimbangkan kapasitas dalam menyampaikan dakwah, tapi yang lebih penting adalah memiliki kapasitas intelektual yang baik.

“Sehingga nantinya acara yang tersaji bukan hanya sebatas menghibur tapi minim isi, sebagaimana banyak di televisi, tapi yang lebih penting adalah lebih berkualitas,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement