Rabu 11 Jun 2014 18:21 WIB

Pengaruh Zakat Terhadap IPM (1)

Sejumlah mustahiq mengantri dalam pembagian zakat di sebuah masjid di Bandung, Jawa Barat.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Sejumlah mustahiq mengantri dalam pembagian zakat di sebuah masjid di Bandung, Jawa Barat.

Oleh: Rina Murniati*

Zakat merupakan instrumen penting dalam pembangunan manusia, khususnya di negara yang memiliki penduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia.

Potensi zakat Indonesia berdasarkan hasil survei badan amil zakat (Baznas) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) dan IRTI-IDB pada 2011 menemukan bahwa potensi zakat nasional mencapai Rp 217,3 triliun.

Meskipun realisasinya hanya sekitar satu persen, namun setidaknya dana zakat tersebut dapat membantu lebih dari satu juta mustahik setiap tahunnya (Baznas 2013).

Peran zakat dalam pembangunan manusia dapat diukur dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga komponen. Komponen IPM meliputi indeks angka harapan hidup yang merepresentasikan kesehatan, indeks pendidikan yang merepresentasikan tingkat pengetahuan, dan indeks daya beli yang merepresentasikan standar hidup layak.

Hasil laporan UNDP tahun 2013 menunjukkan bahwa IPM Indonesia mengalami peningkatan dari sebelumnya, tahun 2012 menduduki peringkat 124 sekarang naik tiga peringkat menjadi peringkat 121 dari 187 negara. Jika dibandingkan dengan angka petumbuhan ekonomi Indonesia, maka nilai IPM ini masih tergolong rendah.

Pembangunan manusia

Saat ini, hampir semua negara memandang keberhasilan pembangunan dari peningkatan pendapatan per kapita, PDB atau pun PNB.

Padahal penekanan pada peningkatan PDB dan PNB tanpa memerhatikan penambahan jumlah penduduk memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam memahami prestasi kegiatan ekonomi. Karena pada saat perhitungan kenaikan GDP dan GNP, suatu negara juga mengalami pertumbuhan penduduk.

Untuk itu, seharusnya pembangunan tidak hanya fokus pada peningkatan indikator ekonomi, namun juga harus memerhatikan dimensi lain dari pembangunan yaitu sumber daya manusia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Soedjatmoko (1995), bahwa pembangunan hanya akan terlihat seutuhnya apabila pembangunan itu merupakan proses pembangunan manusia.

*Mahasiswa S1 Ilmu Ekonomi FEM IPB dan Asisten Peneliti pada Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah IPB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement