Jumat 13 Jun 2014 10:28 WIB

LAZ Pun Siuman (2)

Kantor Badan Amil Zakat Nasional di Jakarta.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Kantor Badan Amil Zakat Nasional di Jakarta.

Oleh: Erie Sudewo*

Maka, jelas taktis ketika Permodalan BMT (PBMT) Ventura hendak membuka cabang di Negeri Singa ini.

PBMT adalah perusahaan modal ventura yang didirikan dan sekaligus dimiliki oleh para anggotanya, yakni BMT.

Strategi ke Singapura ini bukan hendak mendulang dana komersial, melainkan angel fund, dana murah untuk pemberdayaan di Indonesia. Untuk meyakinkan mereka, dibawalah para pihak mengunjungi beberapa BMT di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Hasilnya, mereka terpana. Tanpa basa-basi lagi, mereka menawarkan PBMT melantai di Bursa Efek Singapura. Dengan catatan mereka berharap bisa membeli saham PBMT. Tak banyak, cuma 25 persen. Tapi, seperti senior adviser PBMT Adiwarman Karim katakan, “Saham sebesar itu sudah sah untuk pegang kebijakan arahkan PBMT.”

Untuk urusan saham premium ini, PBMT bergeming, belum mau menyerahkan kepada pihak luar. Namun, upaya kerja sama tetap dijajaki. Karenanya, pada Oktober 2013 lalu, PBMT presentasi di kampus Singapore Management University (SMU).

Prof Andrew mengatakan, ada tiga negara yang menjalankan Islamic microfinance, yakni Bangladesh, Pakistan, dan Indonesia. Best practice terbaik ada di Indonesia.

Tak kalah lantangnya, Andrew bicara tentang baitul maal ala Islam. Maka usai acara, saya datangi Andrew sambil berkata, “Next year you must invite me?”

Ia bertanya, mengapa? Saya jawab, “Anda bicara tentang baitul maal. Saya akan jelaskan tuntas bahwa baitul maal di Indonesia telah tumbuh subur. Awal semua itu dimotori gerakan masyarakat. Ia terkejut. “Ok, deal”, jawabnya semringah.

Hikmah dari Malaysia

Pada 2011, sesungguhnya PBMT sudah muhibah ke Malaysia. Kampus Universitas Islam Antar Bangsa di Kuala Lumpur pun jadi ajang kunjungan. Disambut di ruang pertemuan utama rektorat, pertanda jati diri tuan rumah. Usai pertemuan, tergagas adanya kerja sama program S-2 bertajuk Islamic Microfinance.

Sementara pada 2010, secara pribadi saya mengunjungi kampus Insaniah College di Kedah. College ini konon akan berubah menjadi University of Kedah. Sebelum terjadi dialog dengan Universitas Islam Antar Bangsa, gagasan penyelenggaraan S-2 Islamic Microfinance sudah dibahas. Setahun kuliah di Malaysia, setahun lagi best practice di Indonesia.

*Penikmat Karakter

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement