Kamis 20 Feb 2014 13:18 WIB

Menakar Penilaian Hadis Syekh Albani (1)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Nashih Nashrullah

Sudut pandang Albani dianggap kontroversial.

Salah satu nama cendekiawan kontemporer yang berkonstribusi dalam dinamika kajian hadis adalah Syekh Albani.

Tokoh yang bernama lengkap Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati al-Albani itu mengarang sejumlah kitab tentang hadis, di antaranya Silsilah al-Ahadits ad-Dha’ifah dan Silsilah al-Ahadits as-Shahihah. Tetapi, ikhtiar yang dilakukan sosok yang wafat pada 1999 itu menuai kontroversi. Baik kubu pro dan kontra.

Belakangan, di Timur Tengah, sejumlah studi akademik pernah mengupas metode dan sudut pandang tokoh yang lahir di Albania itu. Dr Aisyah Gharabali dari Universitas Batinah Aljazair menulis Manhaj Syekh fi at-Tashhih wa at-Tadh’if.

Ada pula Manhaj Syekh al-Albani fi Taqwiyat al-Ahadits bi as-Syawahid karya Dr Syadi at-Tamimi dari Universitas Yordania dan Manhaj Syekh al-Albani fi Ta’lil al-Ahadits an-Nabawiyyah karya Dr Muhammad Abu Abduh dari universitas yang sama.

Lantas, bagaimana pendapat ulama terkait kajian sekaligus penilaian hadis Syekh Albani?

Dalam buku Mushtalah al-Hadits fi Sual wa Jawab Syekh Musthafa al-Adawi menjawab pertanyaan perihal kompetensi dan kualitas Syekh Albani dalam menilai hadis. Al-Adawi mengomparasikan Albani dan Syekh Ahmad Syakir.

Nama kedua terakhir itu, menurut al-Adawi, lebih fleksibel dan cenderung memudahkan kriteria kesahihan hadis. Ada beberapa perawi yang dinilai layak menurut Ahmad Syakir, padahal tidak demikian. Seperti, Ibnu Lahi’ah, Syahar bin Hausyab, Laits bin Abi Salim, Yazid bin Abi Ziyad, dan lainnya.

Sedangkan Albani, memang lebih mendingan. Tetapi, tetap saja memiliki kekurangan. Sering kali Albani menilai sahih sebuah hadis dari sisi sanadnya saja, tidak mengkaji lebih detail terkait illat atau cacat yang tersembunyi, baik dalam redaksi ataupun jejaring sanadnya.

Sedangkan, Syekh Abd al-Aziz at-Tharifi menegaskan, seperti halnya ulama lainnya, pendapat dan hasil kesimpulan Albani menyangkut hadis tertentu, tidak bersifat mutlak. Boleh dipakai sebagai rujukan atau ditinggalkan sama sekali.

Sudut pandang Albani terkait hadis memang dianggap kontroversial. Ia mendapat kritikan lantaran terlalu fleksibel. Di antaranya, menilai sahih hadis hanya kejamakan riwayat sekalipun lemah dan terlalu toleran menyimpulkan hasan terhadap beberapa nama perawi yang terkenal lemah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement