REPUBLIKA.CO.ID,
Atas kegigihannya, dia diberi gelar pahlawan Inggris.
Kisah keberaniannya melegenda, pantas dia dijuluki Macan Betina Inggris. Senapan yang tertuju tepat di kepalanya tak membuatnya gentar. Berteriak lantang demi kemerdekaan, akhirnya wafat diberondong tentara Jerman.
Noor Inayat Khan merupakan warga negara Inggris berdarah India dan Amerika serikat. Ayahnya bernama Hazrat Inayat Khan, bangsawan Muslim di India. Keturunan Sultan Kerajaan Mysore, India, pada abad ke-18.
Ayahnya merupakan seorang musisi dan guru tasawuf di Eropa. Sang Ibu, Ameena Begum (Ora Meena Ray Baker), berkebangsaan Amerika berasal dari Albuquerque, New Mexico.
Putri sulung dari empat bersaudara ini lahir 2 Januari 1914 merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Lahir di Rusia, tapi tepat pada tahun kelahirannya pecahlah Perang Dunia I dan keluarganya memutuskan pindah ke Bloomsbury, London.
Dia menempuh pendidikan psikologi anak di Sorbonne dan musik di Paris Conservatory di bawah bimbingan Nadia Boulanger, seorang komponis harpa dan piano. Noor memulai kariernya dengan menulis puisi dan buku cerita anak-anak serta menjadi kontributor tetap majalah anak-anak dan radio Prancis.
Buku pertamanya terbit pada 1939 dengan judul, Twenty Jataka Tales. Buku tersebut diterbitkan di London yang terinspirasi dari tradisi Buddha, yaitu kisah-kisah Jataka.
Setelah Perang Dunia II, Prancis diserbu tentara jerman, Noor dan keluarganya melarikan diri ke Bordeaux. Setelah itu, melalui jalur laut mereka menuju Inggris dengan berlabuh di Falmouth, Cornwalldi, pada 22 Juni 1940.
Setelah pelarian tersebut, Noor dan adiknya, Vilayat, yang belakangan diketahui sebagai ketua Ordo Sufi Internasional, bekerja sama mengalahkan tirani NAZI.
“Saya berharap beberapa orang India akan memenangkan militer tertinggi dalam perang ini. Jika satu atau dua orang India dapat melakukan sesuatu untuk bersekutu, itu merupakan tindakan berani dan akan dikagumi, sebagai cara untuk menjembatani antara orang-orang Inggris dan India,” ujar Noor pada suratnya dalam buku Rozina Fisram berjudul, Ayahs, Lascars and Princes: The story of Indians in Britain 1700-1947.
Kemudian pada 19 november 1940, Noor bergabung dengan Women's Auxiliary Air Force (WAAF), salah satu kesatuan tentara wanita angkatan udara Inggris ketika itu. Dia ditunjuk sebagai Aircraftwoman kelas dua yang bertugas sebagai operator wireless.
Setelah menempuh pendidikan di sekolah pelatihan bom, pada Juni 1941 dia bergabung dengan Operasi Khusus Eksekutif seksi France. Pada Februari 1943, dia kemudian ditempatkan di Kementerian Udara, Direktorat Intelijen Udara.
Di sana dia diperbantukan di First Aid Nursing Yeomany (FANY) dan dikirim ke Wanborough Manor dekat Guildford, Surrey, Inggris. Selama pelatihan dia menggunakan nama Nora Baker.
Walaupun pelatihannya belum sempurna, atasannya menaruh kepercayaan untuk misi rahasia. Dia memiliki keahlian di bidang operasi wireless, sehingga digadang-gadang sebagai agen rahasia yang bertugas di Prancis yang telah diduduki Nazi.
Dia melakukan perjalanan ke Paris dengan dua wanita lain, yaitu Diana Rowden dan Cecily Lefort. Mereka bergabung dengan jaringan dokter yang dipimpin oleh Francis Suttill.
Namun, setelah satu setengah bulan, jaringan tersebut ditangkap oleh Sicherheitsdienst (SD), agen intelijen Jerman. Namun, dia dapat melarikan diri dan menolak untuk kembali ke Inggris.
Dia tetap menjadi agen rahasia untuk mengirimkan pesan penting dari Paris ke London. Agar tidak terdeteksi musuh, dia pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Namun, Henri Dericourt dan Renee Garry, sesama agen rahasia, mengkhianatinya. Henry, adalah agen ganda SD Jerman. Renee mendapat iming-iming 100 ribu franc dank.
Akibat pengkhianatan tersebut, dia ditangkap pada 13 Oktober 1943. Noor diinterogasi di markas SD di 84 Avenue Foch, Paris. Karakternya yang lembut dikhawatirkan akan membocorkan rahasia, tetapi fakta berkata lain. Noor lebih tegar terhadap siksaan lebih dari sebulan.
Pada 25 November 1943, Noor lolos dari markas SD, bersama dengan sesama agen rahasia negara SOE John Renshaw Starr dan Leon Faye, tapi tak lama tertangkap.
Noor dibawa ke Jerman pada 27 November 1943 sebagai tahanan aman dan dipenjarakan di Pforzheim di sel isolasi sebagai Nacht and Nebel (dikutuk untuk Paksa tanpa Trace) sebagai tahanan dalam kerahasiaan penuh. Dia ditahan selama sepuluh bulan dan diborgol.
Dia diklasifikasikan sebagai tahanan sangat berbahaya dan diikat rantai selama ditahan. Direktur penjara bersaksi setelah perang, Noor tetap tidak kooperatif dan terus menolak untuk memberikan informasi apa pun pada pekerjaannya atau sesama operatornya.
Pada 11 September 1944, Noor dan tiga agen SOE lainnya dari Karlsruhe yang dipenjara, Yolanda Beekman, Eliane Plewman, dan Madelaine Demermeint, dipindahkan ke Kamp Konsentrasi Dachau. Pada pagi hari 13 September 1944, empat wanita dibunuh dengan tembakan di kepala.
Tubuh mereka segera dibakar di krematorium. Seorang tahanan Belanda anonim yang muncul pada 1958 berpendapat Noor dengan kejam dipukuli oleh seorang perwira SS berpangkat tinggi bernama Willhelm Ruppert sebelum ditembak dari belakang. Usia Noor ketika itu 30 tahun.
Namun, sebelum diakui sebagai pahlawan, dia masih dianggap hilang di negaranya. Akibatnya, pada 1946 dia tidak dapat direkomendasikan menjadi bangsawan kerajaan Inggris.
Namun, akhirnya Anumerta British George Cross dan Prancis Croix de Guerre menghadiahkan kepadanya bintang emas.
Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi bagi pahlawan Inggris yang dapat menghadapi langsung musuhnya dengan gagah berani.