Rabu 04 Sep 2013 14:52 WIB

Wahai Jamaah Calon Haji, Inilah Adab Saat Berada di Tanah Suci

 Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10).  (Hassan Ammar/AP)
Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10). (Hassan Ammar/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dwi Murdaningsih

Ibadah haji memerlukan persiapan tak hanya soal fisik dan finansial. Persiapan spiritual yang matang menjadi hal yang paling mendasar sebagai bekal agar  jamaah haji dapat melakukan ibadah rukun Islam yang kelima itu dengan lancar dan sesuai syariat.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin mengatakan,  haji merupakan salah satu ibadah yang dilakukan untuk meningkatkan semangat ukhuwah islamiyah. Ibadah haji merupakan ibadah sosial sehingga dalam pelaksanaannya banyak adab, tata krama, dan tingkah laku yang harus diperhatikan oleh jamaah.

"Boleh beda suku bangsa, warna kulit, namun ketika kita membaca talbiyah, ada kesadaran ukhuwah," ujar Didin saat dihubungi, pekan lalau.

Sebagai implementasi ukhuwah Islamiyah, dalam ibadah haji, jamaah ditekankan untuk  meningkatkan sikap toleransi dan saling membantu. Tolong-menolong berarti tidak saling menjatuhkan atau menzalimi ketika melakukan ibadah.

Dalam situasi yang serbaramai, berkumpulnya orang dari seluruh dunia untuk beribadah, berdesak-desakan memang tidak mungkin dihindari. Namun, sesama jamaah bisa saling menjaga kepentingan diri sendiri dan orang lain dengan menyadari bahwa semua orang datang ke Tanah Suci dengan tujuan yang sama, yakni untuk beribadah dan menggenapkan rukun Islam.

Meskipun Islam mengutamakan berlomba-lomba dalam beribadah atau kebaikan, ketika melakukan ibadah haji, jamaah diimbau untuk bisa istar atau mendahulukan kepentingan orang lain. Berlomba-lomba dalam kebaikan diimplementasikan dalam kondisi normal, sementara semangat tolong-menolong dan mendahulukan orang lain diterapkan ketika kondisi haji.

Tak sekadar memuaskan diri

Sikapt mendahulukan kepentingan orang lain ketika prosesi  haji dilakukan sebagai salah satu wujud semangat ukhuwah Islamiyah. Dalam haji, umat Islam dianjurkan untuk selalu berjamaah. Menurut Didin,  jika semangat berjamaah bisa dilatih selama di Tanah Haram  dan dibawa ketika sudah kembali ke Tanah Air, maka umat Islam akan bisa semakin kokoh.

"Harus senantiasa tolong menolong, tidak boleh saling menjatuhkan. Tujuan ibadah haji semua sama, jadi tidak pantas saling menjatuhkan satu sama lain atau menyakiti orang lain," katanya.

Didin mengimbau, jamaah sebaiknya tidak berlama-lama dalam melakukan ibadah di tempat-tempat mustajab hanya untuk sekadar memuaskan diri. Misalnya, di dekat makam Rasul atau di Raudah di Masjid Nabawi Madinah. Begitu juga ketika mencium hajar aswad, jangan terlalu memaksakan diri serta memberi kesempatan kepada jamaah lainnya.

Di tempat-tempat yang mustajab itu, setiap jamaah juga ingin berdoa di sana. Ketika sudah cukup berdoa di tempat mustajab tersebut, jamaah diimbau untuk memberikan kesempatan berdoa kepada orang lain. Ia mengingatkan memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan ibadah juga sebagai salah satu bagian dari ibadah.

Terapkan prinsip 7S

Pengurus Forum Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)  Qasim Saleh mengatakan, sejak berniat haji, calon jamaah harus meluruskan niat dengan menanggalkan semua kekotoran dalam diri. Selain memperbanyak amalan-amalan unggulan seperti tawaf, tadarus, iktikaf, jamaah juga disarankan untuk meningkatkan tali silaturahim sesama umat Islam.

Selain ibadah kepada Allah, haji juga sebagai implementasi ibadah sosial atau sesama manusia. Ada tujuh hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan haji bisa menjadi ibadah sosial yang baik. Tujuh hal itu yakni salam, sapa, senyum, santun, sabar, sehat, dan sedekah (7S).

"Kalau tujuh hal itu dipraktikkan, itu menjadi salah satu bagian dari silaturahim," ujarnya.

Qasim mengatakan, prinsip 7S harus selalu diterapkan, termasuk dalam melakukan ibadah-ibadah wajib selama di Tanah Suci. Ketika sedang melakukan tawaf, misalnya, jamaah harus  menghormati orang lain, sehingga dapat meminimalisasi adanya jamaah yang terzalimi, seperti terinjak.

Islam mengajarkan mengenai keseimbangan antara beribadah kepada Allah dan kasih sayang sesama manusia. Sehingga, dalam beribadah kepada Allah, manusia tidak boleh memaksakan diri, misalnya dengan berdesak-desakan sehingga menyiksa diri dan menzalimi orang lain demi sekadar rasa 'puas' untuk beribadah. Islam mengajarkan keseimbangan. Dalam hidup, tidak ada paksaan,  termasuk dalam beribadah.

Berbaik sangka

Sebagai bentuk implementasi ukhuwah Islamiyah, ketika sedang berada di Tanah Haram, jamaah diminta untuk tidak  melakukan tiga hal. Ketiga hal yang dimaksud adalah berkata-kata kotor, bertindak fasik, dan melakukan debat kusir.

Jamaah harus menghindari bicara yang bisa menodai perasaan orang lain yang  menyebabkan emosi. Ketika bertemu dengan orang yang berpotensi bisa memancing emosi, jamaah disarankan cukup mengucapkan salam lalu menghindar.

Jamaah juga dilarang melakukan hal yang fasik. Misalnya,  ketika ada orang yang sedang makan, ada jamaah yang meludah. Hal ini termasuk sikap-sikap fasik yang bisa menyinggung perasaan orang lain. Di Tanah Suci, jamaah juga dilarang melakukan debat kusir.

Untuk menghindari hal-hal tersebut, jamaah bisa menyibukkan diri dengan memperbanyak frekuensi zikir dan terus berkhusnudzon kepada Allah. Jamaah harus menghindar dari hal-hal negatif, bahkan sejak berada di dalam pikiran. Sebaliknya, jamaah harus selalu berbaik sangka bahwa setiap doa yang dipanjatkan akan selalu didengar oleh Allah.

"Berangkat dari keyakinan bahwa betapa banyaknya dosa itu akan diampuni Allah dengan catatan tidak diulangi lagi," kata Qasim.

Hasil dari ibadah kepada Allah dan ukhuwah Islamiyah ketika ibadah haji, sepulangnya menuju Tanah Air diharapkan jamaah bisa menjadi haji mabrur. Salah satu cirinya yaitu kehadirannya selalu dinanti-nantikan oleh orang lain karena perilaku haji mambrur  adalah tindakan dan tutur katanya semakin baik dan menyejukkan orang lain. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement