Kamis 09 May 2013 13:20 WIB

Ivan Aguéli Pelopor Tasawuf di Eropa (Bagian-3, habis)

Tasawuf (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Tasawuf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Afriza Hanifa

Selain memiliki minat luar biasa dalam ilmu tasawuf, Agueli juga sangat fasih dalam bahasa Arab dan Ibrani. Sebagai seniman, ia mempelajari tradisi seni Roma. Pasalnya, Roma bagi Agueli mengingatkannya pada cara nomaden dalam hidup.

Sebagaimana sifat nomadisme Islam, yang hidup tak kekal di dunia. Pemikiran Agueli masih dihormati para sufi Roma hingga kini.

Mereka pernah membuat film dokumenter tentang sufi Roma di Makedonia. Film tersebut didedikasikan untuk menghormati sang guru sufi Eropa, Agueli.

Untuk melestarikan warisan agama dan asrtistik Agueli, terdapat situs web tentangnya. Web tersebut didedikasikan untuk mengumpulkan karya Sufi dari Swedia.

Seorang profesor Studi Islam di George Washington University Seyyed Hossein Nasr tak segan memberikan sanjungan pada Agueli. Menurutnya, dialah sang pelopor tasawuf di Benua Eropa.

"Abdul Hadi, sebagai Aguéli dikenal di dunia Islam dan kemudian Eropa, harus diberikan haknya sebagai pelopor dalam pengenalan serius tasawuf ke dunia Barat," ujar profesor yang merupakan warga Iran tersebut.

Setahun sebelum meninggal, Agueli sempat dituding sebagai mata-mata Turki Utsmani oleh pemerintah Inggris. Ia pun dibuang ke Spanyol. Tanpa uang sepeser pun, ia tak dapat pulang ke tanah kelahirannya, Swedia.

Ia meninggal pada 1 Oktober 1917 pada usia muda, 48 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir di Desa L'Hospitalet de Llobregat, Barcelona, Spanyol. Jazadnya kemudian dipulangkan ke Swedia lalu dikuburkan dengan ritual Islam di kota kelahirannya, Sala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement