Kamis 04 Apr 2013 11:14 WIB

Inilah Lima Pembesar Thagut

Dukun Santet
Foto: Google
Dukun Santet

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb

Saya sering mendengar kata thagut, tapi masih samar dalam memahaminya. Apakah arti thagut dan apa saja macam-macamnya?

Haryo Standi K – Tangerang

Waalaikumussalam wr wb

Dari masa ke masa, iblis terus merekayasa objek dan cara penyembahan kepada Allah SWT. Tujuannya, menjerumuskan manusia ke jurang neraka bersamanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menurunkan Alquran dan penjelasan nabi-Nya mengenai taghut. Dengan demikian, itu membantu mencegah kita terhidar dari kesamaran jebakan yang direkayasa iblis dan senantiasa berpegang pada tali Allah.

Allah SWT berfirman, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256).

Dalam ayat itu, Allah menjelaskan perbedaan sesembahan orang beriman dengan sesembahan orang kafir. “Allah Pelindung orang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang yang kafir, pelindungnya ialah thagut (setan), yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS al-Baqarah [2]: 257).

Dari segi bahasa, thagut berasal dari thugyan yang berarti melampau batas. Secara istilah, thagut disebutkan dalam kamus lisan al-Arab, yaitu sesuatu yang disembah selain Allah dan setiap kepala kesesatan adalah thagut. Ibnu Jarir al-Thabari menjelaskan, thagut adalah segala sesuatu yang dianggap melampaui Allah sehingga dia disembah di samping Allah.

Baik memaksa orang agar mau menyembahnya atau secara sukarela, sesuatu yang disembah selain Allah bisa berupa; manusia, setan, berhala, sistem, hukum, atau yang lainnya. Ibnu Taimiyyah mendefinisikan, thagut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah dan yang disembah itu menerima dan tidak menolaknya.

Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya I’lamul muwaqqi’in ‘an rabbil ‘alamien menyebutkan, thagut adalah apa saja yang diperlakukan hamba secara melampaui batas. Bentuknya berupa sesuatu yang disembah, diikuti, maupun ditaati. Bila diamati keadaan manusia, terlihat mayoritas mereka berpaling dari menyembah Allah kepada menyembah thagut.

Mereka tak lagi berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi berhukum kepada thagut dan semula menaati Allah dan Rasul-Nya menjadi menaati thagut serta mengikutinya. Para ulama menjelaskan, thagut ada banyak macamnya. Karena, memang banyak sekali yang disembah dan ditaati selain Allah serta rela diperlakukan seperti itu.

Di antara pembesar thagut, pertama adalah iblis. Dia adalah setan yang terkutuk sampai hari kiamat nanti, yang selalu berusaha memalingkan umat manusia dari Allah dan menjerumuskan mereka untuk menyembah selain-Nya.

Kedua, manusia yang disembah selain Allah dan orang itu rela disembah. Meskipun, dirinya tidak mengajak orang lain untuk melakukannya.

Misalnya, pemimpin, raja, tokoh adat, orang kaya dermawan, kepala penjahat, orang berilmu tinggi, dan lain-lain.

Ketiga, orang yang mengajak dan menyeru manusia untuk menyembah dirinya walaupun mereka tidak menyembahnya. Ini dilakukan Fir’aun yang memaksa orang lain untuk menganggapnya tuhan yang harus disembah.

Keempat, orang yang mengaku mengetahui perkara gaib, seperti dukun, paranormal, ahli perbintangan (horoskop), dan lain-lain. Padahal, Allah menegaskan hanya Dialah yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Tak seorang pun dari makhluk-Nya yang mengetahui perkara gaib kecuali yang dikehendaki-Nya.

Kelima, orang yang berhukum kepada selain hukum Allah dan bertentangan dengan hukum-Nya. Berhukum dengan hukum yang bersumber dari ajaran adalah bagian dari konsep ketauhidan. Karena itu, para pembuat dan pelaksana hukum yang bersumber dari selain hukum Allah adalah para thagut.

Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS al-Taubah [9]: 31).

Dalam ayat ini, Allah menyebut orang-orang yang membuat hukum sebagai tuhan-tuhan yang telah membuat aturan dan syariat menyamai Allah. Semoga kita termasuk yang dijauhkan Allah dari menyembah para thagut atau menjadi thagut itu sendiri. Amin.

Wallahu a’lam bish shawab.

 

Ustad Bachtiar Nasir

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement