Jumat 30 Nov 2012 06:00 WIB

OKI dan Nasib Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan

Di saat negara-negara Barat bersatu dan negara-negara Komunis membangun poros, dunia Islam pada era 1940-an dan 1950-an justru tak memiliki ikatan yang solid. Seruan agar seluruh dunia Islam bersatu pun digelorakan mufti besar Palestina, Syekh Amin Al-Husaini.

Ia mengajak dunia Islam bersatu untuk menjadi sebuah kekuatan. ‘’Hanya kaum Muslim yang gagal membentuk diri mereka menjadi suatu umat,’’ ujar Syekh Al-Husaini menyindir. Menurutnya umat Islam telah gagal membentuk diri mereka menjadi satu umat.

Padahal, kata dia,  kaum Muslim tidak kekurangan pemikir yang cerdas dan pemimpin yang dinamis. Akan tetapi mereka tidak mampu menciptakan organisasi Islam permanen. 

Dunia Islam tersentak ketika Mesir, Yordania, dan Suriah dikalahkan Israel pada  Perang Arab-Israel tahun 1967. Negara Yahudi itu mencaplok wilayah Islam. Tempat-tempat suci bagi umat Islam di wilayah Yerusalem jatuh ke tangan Israel. Yang lebih menyakitkan umat Islam, Masjidil Aqsa sebagai tempat suci ketiga juga telah dirampas Israel.

Dalam situasi yang genting itu, ulama  besar dari Palestina, Syekh Amin Al-Husaini dan  Raja Faisal menyerukan perlunya negara-negara Islam untuk bersatu. Seruan itu mendapat dukungan dari pemimpin negara-negara Islam lainnya, seperti Tunku Abdul Rahman dari Malaysia.

Semangat persatuan di dunia Islam kian menggelora, setelah pada 21 Agustus 1969, Israel membakar sebagian Masjidil Aqsa. Penodaan dan perusakan terhadap tempat suci ketiga bagi umat Islam itu telah memantik kemarahan kaum Muslim di seantero dunia.

Raja Hasan dari Maroko menyeru kepada umat Islam di seluruh dunia, khususnya dunia Arab, untuk bersatu menuntut pertanggungjawaban Isarel. Ketika itu timbullah gagasan konsolidasi umat Islam sedunia untuk membebaskan kota Yerusalem dari cengkraman Zionis Israel.

Seruan itu mendapat sambutan dari para menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab.  Para menlu itu menggelar pertemuan darurat pada 22-26 Agustus 1969.  Pertemuan itu menghasilkan sebuah keputusan untuk menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) negara-negara Islam. Pada 22-25 September 1969, untuk pertama kalinya, negara-negara Islam menggelar KTT di Rabat, Maroko pada 22-25 September 1969.

KTT negara-negara Islam itu dihadiri oleh 28 negara Islam telah melahirkan Organisasi Konferensi Islam (OKI), sebuah organisasi politik. Organisasi itu secara resmi diproklamasikan pada Mei 1971 oleh negara-negara Islam di dunia.

Secara umum OKI bertujuan untuk “melestarikan nilai-nilai sosial dan ekonomi Islam” dan meneguhkan kembali komitmen mereka pada Piagam Persatuan Bangsa-Bangsa. Jika di awal berdirinya OKI hanya digagas 28 negara, maka kini jumlah anggotanya telah mencapai 57 negara di seluruh dunia.

OKI merupakan suara kolektif dunia Islam yang bertujuan untuk menjaga dan melindungi kepentingan dunia Islam. Bagaimanakah perannya untuk melindungi Palestina dari kebiadaban zionis Israel?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement