REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Pernah pada suatu kesempatan Moro seniman nyentrik yang cukup cerdas kebingungan di Tokyo ibu kota Jepang. Awal cerita, ketika sehabis makan di salah satu resto di gedung Theater of Tokyo, kami tidak bisa membuang bekas makanan kami ke tempat sampah karena tidak ada satupun informasi yang bertuliskan huruf Latin, semua dalam tulisan Kanji.
Di resto itu hanyalah kami dan para pramusaji yang sangat tidak bisa berbahasa Inggris, dan kami pun jauh dari mengerti bahasa Jepang. Tetapi kemudian Moro berdiri dengan memegang baki yang berisi piring-piring dan bekas makanan, dan berusaha memeriksa satu-persatu isi tempat sampah tersebut.
Dengan sigap seorang pramusaji mengambil baki makanannya memberikan isyarat kepada kami semua untuk memperhatikan. Dan tanpa satu patah katapun dia mencontohkan dimana makanan basah dibuang, makanan kering, lalu piring kotor, mangkuk dan juga sumpit beserta garpu sendoknya.
Memang seringkali komunikasi tidak memerlukan kata-kata, juga arahan bahkan lebih jauh lagi nasihat. Dia hanya memerlukan tanda-tanda penerang, rambu-rambu seperti rambu lalu lintas, seperti ayat-ayat yang mengatur. Yang semestinya mempunyai satu niat, upaya dan kesepakatan yang sama dari dua pihak atau lebih untuk menata kehidupan ini. Karena itu dalam konteks kasus di atas “Action speak louder than words”.
Begitu pula halnya mengenai dakwah atau ajakan untuk menegakkan kebenaran, beberapa juru dakwah ada yang terjebak pada dakwah lisan semata. Sementara khalayak ramai membicarakan tentang perilaku kesehariannya. Karena itu perlulah meluruskan niat, lisan dan perilaku. Agar khalayak tidak mempersalahkan Islam yang sempurna, agar risalah tetap terjaga.
Seperti sebuah riwayat yang menuturkan bahwa dahulu ada seorang kafir Quraisy yang selalu meludahi Rasulullah SAW tatkala beliau lewat di depan rumahnya menuju Ka’bah. Peristiwa itu berlangsung setiap saat ketika Rasulullah SAW melintasi rumah orang kafir itu.
Suatu ketika Rasulullah SAW melintas seperti biasanya, tetapi saat itu tidak ada ludah yang mendarat di wajah beliau. Sekembali dari ibadah Rasulullah SAW mencari tahu dimana gerangan orang yang suka meludahinya itu berada. Ketika mendengar orang itu sakit, Rasulullah SAW bergegas menjenguk orang yang sangat membencinya itu. Sang kafir itu pun terenyuh, bingung, sekaligus bahagia tatkala melihat Rasulullah SAW datang menjenguknya. Di luar dugaan, orang yang awalnya sangat membenci Rasulullah seketika menjadi sangat cinta kepadanya.
Dalam Al Quran disebutkan beberapa metoda dakwah yang pada prinsipnya merujuk kepada surah An Nahl ayat 125. Metode pelaksanaan dakwah ada 3 yaitu dakwah dengan kebijaksanaan, dakwah dengan memberikan pelajaran yang baik, dan dakwah dengan membantah atau berdebat dengan cara yang baik. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-NYA dan dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl, 16 : 125)
“Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya (kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari sumber tersebutlah maka menghasilkan metoda-metoda yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan, tulisan, seni, bil-hal dan sebagainya.
Merujuk pada ayat ; “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al Ahzab, 33 : 21).
Ayat inilah yang seharusnya menjadi pedoman bagi setiap juru dakwah termasuk saya, Anda dan kita semua. Karena setiap dari kita wajib berdakwah atau mengajak, saling mengingatkan dalam kebenaran. Dan semoga kita semua mampu berdakwah dengan menjadi contoh baik dalam berperilaku seperti judul yang kita angkat di atas “action speak louder than words”. Insya Allah
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustadz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
@erickyusuf