REPUBLIKA.CO.ID, Kebahagiaan? Siapakah yang tidak meng inginkannya? Namun, tidak sedikit orang yang salah mengartikan kebahagiaan dan salah pula dalam mencarinya.
Ada yang mengira kebahagiaan terletak pada harta kekayaan yang melimpah, ada yang menyangka kebahagiaan ada pada kekuasaan yang besar, ada pula orang yang berpendapat kebahagiaan itu adalah popularitas.
Namun, ternyata semua anggapan itu tidak selamanya benar. Terbukti, banyak orang kaya, berkuasa, ataupun populer, tapi tak kunjung bahagia. Sebaliknya, tidak sedikit dari mereka yang hidup merana dan mengakhiri hidupnya dengan sia-sia.
Pesan buku ini sangat jelas pada kover depan: “Lebih populer, kaya, dan memiliki jabatan tinggi, tidak berarti lebih bahagia. Bahkan, mungkin lebih tidak bahagia. Jangan salah sangka!”
Buku yang ditulis oleh seorang tokoh dengan segudang pengalaman—ia mengistilahkannya dengan universitas kehidupan—menjabarkan kepada para pembaca berbagai kisah dan pengalaman pribadi maupun orang lain dalam mengejar dan meraih kebahagiaan hakiki.
Penulis yang mantan menteri Kelautan dan Perikanan itu menegaskan bahwa salah satu sumber kebahagiaan adalah ketika kita mampu menghadapi masalah dengan tenang, penuh iman, dan kepasrahan kepada Allah. Setiap kehidupan selalu memiliki masalah. Dan, masalah akan selalu mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih baik jika mampu mengatasinya.
“Layaknya dalam perjalanan, kita akan menghadapi rintangan, hambatan, dan juga ujian. Begitu juga dengan hidup kita. Seorang manusia tidak akan dibiarkan menjalani kehidupannya tanpa ujian. Bahkan, para kekasih Allah sendiri dari kalangan para Nabi, harus melewati jalan yang jauh lebih sulit.” (hlm 56).
Secara keseluruhan, penulis membagi bukunya menjadi sepuluh bagian. Dimulai dengan bagian pertama, tentang tujuan kita, dan bagian kedua yang menerangkan tentang cara menanam dan merawat jiwa. Bagian ketiga, membahas Islam adalah keniscayaan, sedangkan bagian keempat menegaskan bahwa beragama adalah berbahagia.
Bagian kelima mengupas tentang memasuki gerbang hidayah, sedangkan bagian keenam mengemukaka pentingnya hidup sesuai syariat- Nya. Salah satu pembahasan yang sangat penting ada di bagian ketujuh, yakni meraih hidup penuh berkah dan bahagia. “Untuk mencapai kehidupan yang sukses bahagia dunia-akhirat, syarat dasarnya adalah iman yang kokoh dan benar kepada Allah SWT. (hlm 157)
Pada bagian-bagian berikutnya, penulis mengingatkan dan menjelaskan tentang rintangan menuju jalan yang lurus (bagian kedelapan) dan jangan sampai berbelok arah (bagian kesembilan). Pada bagian kesepuluh, penulis menguraikan tentang jalan terang Rasulullah. Penulis menguraikan sifat-sifat Rasulullah, yakni shiddiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan), dan fatanah (cerdas, cerdik, dan pandai).
Buku ini sangat layak dan perlu dibaca oleh siapa pun yang mendambakan kebahagiaan hidup hakiki di dunia dan akhirat. Seperti pernah ditegaskan oleh Syekh Al-Islam, Ibnu Taimiyah, “Seseorang tidak akan masuk surga akhirat sebelum ia merasakan surga dunia.”
Judul : The Quest for Happiness
Penulis : Rokhmin Dahuri
Penerbit : Rokhmin Dahuri Institute
Cetakan : I, Maret 2012
Tebal : xii+286 hlm