Senin 18 Jun 2012 06:26 WIB

Inilah Caranya Tobat Nasuha

Air mata tobat (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Air mata tobat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Assalamualaikum wr wb

 

Ustaz, bagaimana adab atau cara jika kita hendak bertobat nasuha? Selain itu, adakah doa khusus atau shalat tobatan nasuha dan bagaimana kita menghindari perbuatan dosa serupa agar tobat kita tidak sia-sia?

Hamba Allah

Waalaikumussalam wr wb

 "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobatan nasuha (tobat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang Mukmin yang bersama dia." (QS al-Tahrim [66]: 8).

Ulama menjelaskan, tobat nasuha adalah tobat yang sebenar-benarnya, yaitu tobat yang didasari pada keinginan kuat dalam hati untuk tidak kembali melakukan dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tobat kita dapat disebut sebagai tobat nasuha yang diterima Allah SWT.

Syarat tersebut adalah ikhlas bertobat hanya karena Allah, mengakui perbuatan dosa yang telah dilakukan di hadapan Allah, menyesali  dosa yang telah dilakukan, mempunyai tekad kuat dalam hati untuk tidak lagi mengulangi dosa yang telah dilakukan, dan kalau perbuatan dosa itu berkaitan dengan hak orang lain maka harus mengembalikan hak itu kepada yang berhak.

 Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa melakukan kezaliman kepada saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan) darinya; karena di sana (akhirat) tidak ada lagi perhitungan dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diberikan kepada saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan lagi, keburukan saudaranya itu akan diambil dan diberikan kepadanya." (HR Bukhari).

Guna menghindarkan diri agar tidak lagi jatuh pada perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat setelah bertobat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah, menjauhi teman atau lingkungan buruk yang dapat memengaruhi kemaksiatan diri, dan menggantinya dengan teman-teman serta lingkungan saleh.

Selain berusaha sepenuh hati memperbanyak ibadah dan amal kebaikan yang akan selalu menjaga diri agar tidak jatuh kepada maksiat, banyak menghadiri majelis ilmu agar selalu mendapatkan peringatan-peringatan, dan banyak bertemu serta menjumpai orang saleh dan ulama yang mengamalkan ilmunya.

Wallahu a'lam bish shawab.

Ustaz Bachtiar Nasir

sumber : konsultasi agama Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement