Selasa 29 May 2012 10:41 WIB

Makna Al-Kitab Menurut para Sufi (2)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Jadi, yang dimaksud al-kitab dalam ayat “dzalika al-Kitab la raiba fihi hudan li al-muttaqin” (Kitab itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa) bukanlah Alquran atau paling tidak bukan hanya Alquran tetapi kitab lain, yang boleh jadi itu alam makrokosmos dan atau Lauh Al-Mahfudz.

Bentuk lain dari al-kitab ialah mikrokosmos, yaitu manusia itu sendiri. Manusia disebut mikrokosmos (al-alam al-shagir), karena dalam diri manusia tersimpul semua unsur makrokosmos sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel terdahulu. Manusia ibarat lembaran-lembaran buku yang menyimpan gudang rahasia yang amat penting.

Itulah sebabnya salah satu hadis yang amat populer dikalangan sufi menyatakan, “Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu”, atau barang siapa telah memahami dirinya, ia telah memahami Tuhannya. Manusia sebagai makhluk mikrokosmos bukan saja merupakan pemadatan makrokosmos.

Tetapi, menurut menurut Ibnu Arabi, manusia juga merupakan salinan segala sesuatu yang dijumpai di dalam hadirat Ilahi. Dikatakan demikian, karena manusia diciptakan berdasarkan bentuk Allah dan lokus untuk merefleksikan diri-Nya, sebagaimana hadis yang sering dikutip para sufi, “Manusia diciptakan atas dasar citra Dzat Yang Maha Benar.”

Banyak dijumpai ayat-ayat dalam Alquran yang menunjuk manusia sebagai ayat, kalimat, atau kitab yang perlu dibaca sebagaimana halnya kitab-kitab dalam arti buku. Seperti, “(Ingatlah), ketika malaikat berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)’.” (QS. Ali Imran: 45).

Juga dalam ayat lainnya, “Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya.” (QS. An-Nisa: 171).

Perhatikan kedua ayat di atas. Isa digambarkan sebagai kalimat, ibaratnya buku yang harus dibaca. Tidak heran kalau perkataan, perbuatan, dan pengakuannya direkam lalu dikompilasi, jadilah Kitab Perjanjian Lama. Jadi, Kitab Perjanjian Lama mirip hadis yang dikenal sebagai kumpulan perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement