REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Makmun Nawawi
Sudah tiga kali putaran, ibu muda itu mengelilingi pasar desa tersebut, namun belum kelihatan jinjingan barang belanjaannya. Bukan tidak ada barang yang dicarinya, tapi beberapa kali ia menawar baju yang diminatinya, si pedagang tidak melepasnya. Penawaran wanita itu mentok pada harga Rp 100 ribu, sedangkan toko-toko yang didatanginya menjualnya seharga Rp 110-130 ribu. Rupanya harga untuk baju itu sudah standar di pasar tersebut. Tapi, wanita itu penasaran sehingga ia datangi hampir semua toko baju yang ada di sana.
Karena tidak ada yang menjual pada harga Rp 100 ribu maka dengan terpaksa ia pun membelinya seharga Rp 110 ribu, lantaran ia sudah kadung kesengsem betul dengan baju yang tengah tren itu. Demi mendapatkan selisih Rp 10 ribu, dia rela menyambangi hampir semua toko baju di pasar itu. Dan, setelah hampir dua jam mengelilingi pasar yang padat pengunjung itu, lapar dan haus tidak bisa ditolaknya. Akhirnya kedua kakinya pun melangkah ke warung bakso dan es campur. Ternyata, jajanan yang dilahapnya tersebut menghabiskan kocek Rp 15 ribu.
Perilaku yang ditampilkan oleh wanita tadi sesungguhnya lahir dari kebakhilan atau kekikiran yang bercokol di dalam hatinya. Karena, kalau hendak komparasi harga, mungkin bisa dua atau tiga toko saja dan tidak semua toko dihampirinya. Uang jajan sebesar Rp 15 ribu juga tidak perlu keluar dari dompetnya, kalau ia segera membayar baju tersebut, dan ia pun bisa cepat pulang sehingga bisa bercengkerama dengan keluarganya.
Minimal ada dua ‘kerugian’ yang menimpa wanita tersebut: tambahan pengeluaran sebesar lima ribu rupiah dan terbuangnya waktu dengan sia-sia. Dan, ini merupakan sebagian saja dari akibat buruk yang dialami oleh orang-orang yang bakhil atau pelit.
Di samping tidak pernah mencecap kelapangan hati, miskinnya pertemanan, dan kecilnya peluang untuk meraih pahala kebajikan, banyak umat dulu kala juga tewas bergelimpangan karena sifat bakhil ini. Qarun ditelan bumi bersama harta kekayaannya lantaran kebakhilannya untuk membayar zakat.
“Takutlah kalian terhadap perilaku zalim, karena sesungguhnya perilaku zalim itu merupakan kegelapan di Hari Kiamat, dan takutlah kalian terhadap sikap kikir, karena sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, dan mendorong mereka untuk menumpahkan darah mereka sendiri serta menghalalkan kehormatan mereka.” (HR Muslim).
Sering juga terjadi, karena kikirnya seseorang atau pengusaha dalam memberikan uang tips tertentu kepada orang-orang kecil, semisal kuli atau tukang bongkar-muat barang, ia akan selalu diingat-ingat oleh mereka menyangkut sifat buruknya tersebut. Dan, ketika ia membutuhkan jasa kuli-kuli tersebut, mereka pun menjadi malas dan ogah-ogahan. Akibatnya, justru menghambat urusan pengusaha tersebut. Maka, berbahagialah orang yang terbebas dari sifat bakhil, kikir alias pelit. (al-Hasyr [59]: 9).