Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Inisiasi spiritual atau penasbihan adalah pelantikan atau peresmian seseorang yang sungguh-sungguh ingin mencari pengetahuan (makrifah) Allah SWT oleh seorang pembimbing (mursyid, khalifah, syekh).
Dalam beberapa tarekat, inisiasi ini biasa diistilahkan dengan baiat atau talqin. Kegiatan seperti ini sering dihubungkan dengan pengangkatan sumpah para sahabat Nabi di dalam Perjanjian Hudaibiyah di bawah pohon, yang intinya pemberian janji setia para sahabat untuk mengabdi kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad dalam kondisi apa pun.
Peristiwa ini dilukiskan di dalam Alquran, "Orang-orang yang berjanji setia kepadamu, mereka itu sesungguhnya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Barangsiapa yang melanggar janji itu maka akibatnya, niscaya akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar." (QS Al-Fath: 10).
Upacara pelantikan ini biasanya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam masing-masing tarekat. Ada yang menetapkan sejumlah syarat yang harus dipenuhi sebelum diinisiasi, tergantung standar operasional prosudur (SOP) masing-masing tarekat.
Di antara standar tersebut ialah menjabat tangan (mushafahat) dengan syekh atau mursyid. Biasanya ada tarekat mengganti nama atau menambahkan laqab (julukan) murid yang mengikuti inisiasi tersebut. Itu semua dilakukan sebagi simbol "kelahiran kembali" ke dunia ruhani.
Inisiasi tersebut biasanya ditandai dengan penyerahan kain serban (khirqah) yang dipasangkan di pundak murid oleh syekh atau mursyid. Biasa juga pemberian tasbih, ijazah, atau benda-benda upacara lainnya. Proses inisiasi biasanya dilakukan seusai shalat berjamaah dan disaksikan oleh murid-murid lainnya.
Inisiasi ini bertingkat-tingkat. Ada tingkat paling awal yang diinisiasi sebagai anggota baru tarekat. Inisiasi lainnya dilakukan lebih khusus untuk murid-murid yang sudah mencapai tingkatan tertentu dan baginya sudah layak untuk dilantik sebagai mursyid pembantu. Perbedaan anatara mursyid pembantu dan mursyid senior ditentukan oleh tradisi tarekat.
Setelah inisiasi maka murid atau mursyid yang baru diinisiasi melekat ketentuan pada dirinya sendiri yang harus dijalani. Misalnya, ia harus berani berubah secara drastis, seperti berani untuk menggunting dosa-dosa langganannya sejak dahulu, meninggalkan makanan, minuman, dan perbuatan, serta keputusan-keputusan syubhat, apalagi yang haram.
Tegasnya, seorang murid harus berani hijrah dari dari suatu kondisi batin yang menyatu antara kecenderungan haq dan bathil bagaikan menyatunya air dengan teh, kemudian kecenderungan itu sudah terpisah seperti pemisahan antara air dan minyak.