Selasa 07 Feb 2012 15:45 WIB

Mengkaji Kandungan Alquran dengan Benar

Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Chairul Akhmad
Kitab Tafsir Ibnu Katsir (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab Tafsir Ibnu Katsir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Tafsir Al-Qur'anul ‘Azhim atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir, merupakan salah satu kitab tafsir yang paling populer di kalangan umat Islam. Kitab Tafsir ini ditulis oleh Imam Al-Hafiz Ibnu Katsir (wafat 774H ).

Di samping dikenal sebagai ulama terkemuka di bidang tafsir, Ibnu Katsir juga dikenal sebagai imam di bidang hadis, hingga bergelar "Al-Hafiz". Ia juga sangat menguasai bidang sejarah dan fikih.

Banyak ulama yang memuji keluasan dan kedalaman ilmunya, baik di masa Imam Ibnu Katsir maupun sesudahnya. Hal ini karena Ibnu Katsir menguasai berbagai disiplin ilmu agama. Dan karyanya dalam bidang tafsir, termasuk yang paling unggul.

Satu hal yang menjadi lebih istimewa, kitab tafsir karya Ibnu Katsir ini termasuk dalam kelompok Tafsir bil Ma’tsur. Yakni, karya tafsir yang mengedepankan berbagai hadis Nabi SAW dan riwayat-riwayat lainnya sebagai basis penafsiran ayat Alquran. Berbeda dengan Tafsir bir Ra’yi, yang lebih mengedepankan logika dan pendapat dalam menafsirkan suatu ayat. Karenanya, menurut banyak pihak, Tafsir bil Ma’tsur lebih unggul, sebab sumber penafsirannya bersumber dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Rasul SAW adalah orang yang paling mengerti tentang Alquran. Sebab Alquran diturunkan kepada Rasul SAW dan wajib disampaikan kepada umatnya. Sementara para sahabatnya adalah orang-orang yang paling memahami kandungan Alquran, karena mereka menimbanya dari Rasul SAW. Inilah yang menjadi kekuatan dan kelebihan tafsir karya Imam Ibnu Katsir.

Atas berbagai pendapat yang dikemukakan, diberikan tarjih atas masalah tersebut. Terkadang Ibnu Katsir mengomentari kualitas hadis dan periwayatnya. Ini semua karena latar belakang pengetahuannya yang sangat mendalam dalam ilmu hadis. Ibnu Katsir lebih banyak memilih pendapat yang dipandang paling kuat dari segi hukum.

Imam Suyuthi dan Az-Zarqani memuji Tafsir Ibnu Katsir ini. “Belum pernah ada (kitab tafsir) yang ditulis dengan gaya semacam itu,” jelas Suyuthi dan Az-Zarqani. Begitu kuatnya pesona kitab tafsir ini, hingga mengundang minat dan kepedulian para ulama dan akademisi, untuk terus menelitinya kembali.

Tidak heran, jika sampai saat ini banyak sekali versi tafsir Ibnu Katsir. Mulai dari versi aslinya, versi tahqiq dan takhrij (yang diteliti kembali naskah dan derajat hadis yang digunakan, serta diberi catatan kaki oleh penelitinya).

Selain itu, ada juga versi mukhtashar (ringkasan), versi tahdzib (dirapikan kembali susunannya), hingga versi shahih (yang telah dibersihkan dari berbagai riwayat dhaif (lemah).

Di Indonesia, sedikitnya terdapat empat versi yang telah diterbitkan. Dan Shahih Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri sembilan jilid oleh Pustaka Ibnu Katsir ini merupakan yang paling baru. Tafsir ini juga dilengkapi dengan index secara terpisah, untuk memudahkan melacak tema-tema yang diinginkan. Disebut dengan Shahih Tafsir Ibnu Katsir, karena hanya diambil hadis-hadis yang benar-benar sahih dan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya.

Karena itu, kitab Tafsir Shahih ini sangat layak dijadikan referensi setiap Muslim dalam memahami kandungan isi Alquran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement