REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Ratusan pemimpin masjid di Singapura berkumpul dalam Konvensi Masjid 2011. Di pertemuan tersebut mereka membahas rencana yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan.
Acara ini difasilitasi oleh Dewan Agama Islam Singapura (Muis). Mereka ingin memberikan pesan ‘keterbukan’ kepada jamaah. Mereka ingin menjadikan masjid sebagai tempat bagi semua orang.
"Bahkan jika anak muda memiliki tato di tubuhnya, atau seorang wanita dengan pakaian yang sangat modern, itu tidak masalah," kata presiden Muis, Musa Alami seperti dikutip onislam.net.
Para pemimpin masjid disarankan untuk lebih banyak melibatkan individu dan kelompok di luar masjid mereka. Hal ini penting untuk menumbuhkan empati terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan.
"Ketika seseorang nyaman berada di masjid, maka kita bisa memperkenalkan program masjid dan memberikan bimbingan spiritual yang diperlukan," kata Alami.
Membawa pesan inklusif, para pemimpin masjid diharapkan mampu menjangkau muslim non-warga negara atau warga negara baru. Masjid diharapkan dapat memberikan layanan sosial-keagamaan, sekaligus dapat berinteraksi lebih banyak dengan muslim setempat.
Alami mengatakan, beberapa masjid sekarang melayani khusus untuk kelompok-kelompok tertentu. "Masjid Bishan sangat dekat dengan umat Islam Indonesia, masjid di Jurong sangat dekat dengan Muslim Turki, masjid di Geylang sangat dekat dengan Muslim Bangladesh," katanya. Menurutnya, ini sebuah pertanda bagus bahwa masjid di singapura bisa menjangkau dan melayani umat Islam dari negara lain juga.