REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Menggiring kaum remaja beraktifitas keagaamaan butuh strategi ekstra. Seperti yang dilakukan Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar. Organisasi pemuda masjid yang pertama berdiri di tanah air ini selalu menyesuaikan kebutuhan batiniah remaja serta menggiring mereka kritis menghadapi berbagai persoalan.
“Awalnya YISC AL Azhar didirikan karena melihat kebutuhan pengajian untuk remaja,” terang Ketua Umum YISC AL Azhar, Alfin Falihian, saat ditemui usai halal bi halal di kompleks Masjid Al Azhar.
Kebutuhan yang berusaha dipenuhi dalam kajian mereka berupa wadah pengisi rohaniah atau mental health. Di awal berdirinya pada 16 Mei 1971, YISC masih berada di bawah naungan pengajian muslimah Masjid Al Azhar. Kian lama, mereka bertumbuh dinamis. Komunitas ini, sebut Alfin, mengedepankan kombinasi psikologi modern dan keislaman.
Lantaran mempunyai rancangan program yang menarik minat para muda, di setiap pendaftaran anggota baru, tak kurang dari 300 orang mendaftar. Sebagian besar mereka berasal dari kalangan pekerja profesional muda. Kisaran anggotanya berusia antara 18 tahun hingga 23 tahun.
“Visi organisasi kita belajar agama Islam berlandaskan akhlakul karimah serta sunah Nabi Muhammad dan Al Quran,”papar Alfin.
Komitmen tadi diwujudkan dalam beragam kegiatan. Mulai dari pendidikan BSQ (Bina Studi Quran) yang dilakukan setiap Ahad. Ada pula studi Islam intensif, beragam kajian bertema sosial.
Memenuhi selera muda, mereka tak hanya mengkaji keislaman di masjid semata. Setiap Sabtu malam, mereka mengadakan kajian angkringan. “Di sini kita bisa ngariung dengan membahas tema aktual,” imbuh Alfin.
Kegiatan Sosial
Selain itu, tiap tiga bulan sekali mereka mengadakan bakti sosial, donor darah, santunan beasiswa untuk adik asuh, serta pembinaan adik-adik asuh mereka tiap hari Rabu hingga hari Kamis. Kedekatan antar anggota juga mereka ciptakan melalui kegiatan komunitas hobi mulai fotografi hingga klub bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Kegiatan khusus kemuslimahan juga dilaksanakan tiap hari Ahad di pekan kedua atau ketiga setiap bulannya. Sekretaris Umum YISC Al Azhar, Atiek Munsriyati, mengutamakan kegiatan muslimah tak sebatas kajian fikih wanita saja. Mereka juga praktek keterampilan tentang jilbab wanita dan merangkai bunga.
“Urusan kemuslimahan tak bisa dipisahkan karena sebagian besar anggota YISC AL Azhar adalah perempuan,” jelas Atiek.
Ratusan anggotanya pun bias mendapatkan berbagai informasi melalui milis kemuslimahan, pertemuan muslimah, dan facebook. Sehingga, YISC Al Azhar membuka kesempatan luas bagi muslimah dari kalangan umum untuk mengikuti kajian mereka. Tak heran anggotanya telah tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Bandung.
“Kita juga merangkul remaja masjid sekitar Al Azhar untuk menyemarakkan kegiatan mereka serupa kegiatan kita,” imbuh Alfin.