Kamis 18 Oct 2018 05:00 WIB

David Wharnsby, Pelopor Nasyid Berbahasa Inggris

Alquran menjadi inspirasinya dalam bermusik.

David Howard Wharnsby
Foto: Screen Capture Youtube.
David Howard Wharnsby

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Selalu mencari cara untuk mengekspresikan diri. Seperti itulah hidup David Wharnsby. Pria yang lahir dan dibesarkan di Ontario, Kanada, itu sedari kecil lebih senang mengekspresikan apa yang dia rasakan terhadap banyak hal daripada harus mendengarkan pelajaran-pelajaran di sekolahnya.

Ketika itu, dia lebih senang menulis cerita dan menggambar kartun. Beranjak remaja, cara David mengekspresikan diri berkembang menjadi fotografi dan teater. Melalui jalur teater itulah, bakat bermusik dan menulisnya terasah dengan baik.

Di umurnya yang masih belasan, dia mulai mencari apa sebenarnya yang menjadi tujuan hidupnya. Remaja keras kepala ini mulai membaca bermacam-macam kitab suci dan berbagai tulisan yang berhubungan dengan kajian spriritual.

Pada usia 18 tahun, remaja introvert itu betah melek sepanjang malam hanya untuk menulis, mendengarkan musik, dan mempelajari buku-buku berisi ajaran Hindu, Buddha, dan Taoisme. Beragam konsep spiritual pun mulai menjejali kepala David. Hal itu kemudian dia keluarkan dalam ekspresi bermusiknya.

David pun mulai banyak menulis lagu dan puisi. Secara autodidak, ia belajar berbagai macam instrumen musik yang kemudian digabungkan dengan lirik-liriknya yang bernada introspeksi serta suaranya yang sederhana. Lewat lagu-lagunya itu, dia mulai banyak tampil di berbagai kafe, universitas, dan festival rakyat.

Pada 1991, David mulai mencemplungkan dirinya dalam berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menjadi pemain boneka dan pengajar untuk anak-anak, penyanyi keliling, hingga membantu orang-orang cacat. Kegiatannya ini membuatnya bertualang ke berbagai daerah.

Ia pun mulai melintasi Kanada, Amerika Serikat, bahkan sampai ke Inggris. Melalui caranya bermusik, David mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap filosofi dan ajaran spiritual negara kawasan Timur. Ia pun mencari bentuk filosofi spiritual yang sesungguhnya.

Menginjak usia 20 tahun, David akhirnya menemukan Alquran. Dia kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement