Selasa 30 Apr 2019 12:00 WIB

Cara Rasulullah Berdiplomasi

Bentuk diplomasi Rasulullah SAW, dalam pengertian dakwah melalui korespondensi surat,

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktik diplomasi sudah menjadi bagian dari politik Islam sejak berabad-abad silam. Sejarawan ini mencatat, terdapat dua karakteristik diplomasi yang dipraktikkan umat Islam.

Jere L Bacharach dalam bukunya, Medieval Islamic Civilization an Encyclopedia memaparkan, yaitu, yang pertama, diplomasi bertujuan untuk urusan dakwah dan latar belakang religius.

Baca Juga

Diplomasi adalah untuk mengajak kaum di luar Islam untuk memeluk Islam, beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sedangkan, karakteristik kedua lebih bersifat politis. Pada masa pemerintahan Islam, banyak ekspedisi dan perluasan wilayah.

Dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Sekh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri disebutkan, bentuk diplomasi Rasulullah SAW, dalam pengertian dakwah melalui korespondensi surat, terhadap beberapa raja dan amir, antara lain, Negus Ethiopia, Binyamin (al-Muqawqis) di Mesir, Khosrau II Persia, Hercules Romawi, dan Uskup Dughathir.

Tak hanya cukup dengan penulisan surat, kata al-Mubarakfuri, Rasul mengutus utusan khusus yang diposisikan sebagai diplomat untuk menjelaskan maksud dari surat tersebut.

Beberapa nama sahabat yang pernah ditugaskan secarah khusus untuk mengemban misi ini, antara lain, Amr bin Umayyah adh-Dhamri untuk Raja Habasyah, Hathib bin Abu Balta'ah untuk Raja Mesir, Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi untuk Raja Persia, dan   Dihyah bin Khalifah al-Kalbi untuk Raja Romawi

Surat-surat diplomatik dari Rasul kepada para amir dan raja itu berisi ajakan untuk memeluk agama Islam dan ditulis pada akhir tahun 6 Hijriyah, setelah kembali dari Perjanjian Hudaibiyah.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement