Selasa 30 Apr 2019 12:00 WIB

Tradisi Diplomasi di Masa Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin melanjutkan tradisi diplomasi yang dimulai Rasulullah

Dakwah
Foto: wordpress.com
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi penulisan surat, sebagai media diplomasi tersebut, dipertahankan oleh keempat khalifah pengganti tugas kepemimpinan Rasul. Sejarah mencatat langkah diplomatik cerdas dari Umar bin Khatab melalui Land Reform dalam rangka membebaskan rakyat jajahan imperium Romawi dan Persia.

Ahmad Mansyur Suryanegara dalam Api Sejarah menyebutkan, Sang Khalifah membuat kebijakan perihal tanah milik petani Qibthi tidak berstatus sebagai "ghanimah" atau harta rampasan perang. Bahkan, Umar mengembalikan hak kepemilikan tanah itu kepada kaum Qibthi walaupun pemiliknya beragama Kristen. Ia berdiplomasi dengan menggunakan instrumen ekonomi berupa "land reform system" untuk tanah para petani Qibthi.

Baca Juga

Tak hanya dalam bidang politik, diplomasi juga dilakukan dalam urusan perniagaan. Para khalifah telah mengirimkan utusan niaga ke berbagai wilayah, bahkan hingga ke Kekaisaran Tiongkok.

Mengutip buku berjudul al-Ilaqat, yang ditulis oleh Badruddin, seorang Muslim Tiongkok, dalam bahasa Arab, Ahmad Mansyur Suryanegara menulis tentang penjelasan khalifah Islam menurut sejarah Tiongkok yang telah mengirimkan 32 utusan ke Cina.

Apabila masa Khulafaur Rasyidin berlangsung selama 29 tahun, 11-41 H/ 632-661 M, tidak mungkin hubungan dagang dengan 32 utusan itu hanya terjadi pada masa khalifah ketiga semata. Dapat dipastikan hal itu berlangsung pada masa keempat khalifah.

Dan tentunya, selama ke-32 kali ekspedisi itu tentu singgah ke Indonesia. Sebab, satu-satunya jalan yang mudah untuk sampai di Cina Selatan adalah melalui kepulauan nusantara Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement