Kamis 21 Feb 2019 08:32 WIB

Selintas Sejarah Kesultanan Banten (7)

Indikasi kemunduran Kesultanan Banten mulai tampak pada 1596

(ilustrasi) bendera kesultanan banten
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) bendera kesultanan banten

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Claude Gullot dalam bukunya, The Sultanate of Banten, menegaskan tahun 1596 sebagai titik balik Kesultanan Banten. Setelah Maulana Muhammad meninggal dunia, penggantinya ternyata masih berusia anak-anak.

Pemerintahan pun untuk sementara dijalankan Dewan Mangkubumi. Sultan Abul Mufakhir, demikian namanya, dalam tahap sedini itu harus menghadapi perpecahan di tingkat elite.

Baca Juga

Di satu kubu, ada para loyalisnya, sedangkan di kubu lain orang-orang Istana bersekutu dengan kaum pedagang yang merasa tidak puas dengan kebijakan Banten selama ini.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (6)

Oleh karena itu, kerajaan tersebut mengalami krisis politik 40 tahun lamanya.

Banten bahkan lama-kelamaan menjadi penonton saja dalam persaingan antara Belanda dan Portugis di Jawa. Kedua bangsa Eropa itu hendak menguasai jalur maritim rempah-rempah di Nusantara.

Pada 1601, mereka bahkan saling bertempur di Teluk Banten. Belanda tampil sebagai pemenang, sehingga Portugis menyingkir dari Tanah Jawa.

Kemenangan Belanda cukup mengejutkan karena ekspedisi Cornelis de Houtman sebelumnya telah ditangkal aliansi Banten dan para sultan Muslim di pesisir utara Jawa.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (5)

Nasib pengelana ini pun berakhir tragis ketika kapal-kapalnya kalah bertempur dengan pasukan Inong Balee di Aceh. Pada 1599, Cornelis de Houtman tewas di tangan pahlawan perempuan Aceh, Malahayati.

photo
(ilustrasi) gambar Cornelis de Houtman.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement