Kamis 21 Feb 2019 08:03 WIB

Selintas Sejarah Kesultanan Banten (5)

Kesultanan Banten terkenal sebagai penghasil lada

(ilustrasi) bendera kesultanan banten
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) bendera kesultanan banten

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Kebesaran dan Tragedi Kota Banten, Heriyanti O Untoro, mengungkapkan fakta, keberhasilan Banten sangat tergantung dari kultur lada dan pelabuhan.

Memang, pada masa ini pelabuhan Banten merupakan salah satu bandar terbesar di Asia Tenggara. Komoditas lada bersumber dari daerah pedalaman, utamanya Lampung yang saat itu menjadi bagian dari Kesultanan Banten sejak era Hasanuddin.

Baca Juga

Untuk mendukung perdagangan lada, Sultan Banten membangun rupa-rupa infrastuktur, seperti benteng-benteng, gudang-gudang, jalan, dan pasar.

Letak pelabuhan Banten di tepi muara Sungai Cibanten menguntungkan perhubungan dengan daerah pedalaman di Jawa yang juga menjadi basis produksi lada. Pada masa itu, lada merupakan suatu rempah-rempah yang paling dicari para pedagang Eropa.

Di Benua Biru, harganya bisa amat sangat tinggi, tetapi selalu laku. Hal ini kemudian tercermin dalam pembendaharaan kata dalam bahasa Belanda, peperduur (harfiah: ‘semahal lada’). Ungkapan itu menandakan pemahaman masyarakat Eropa saat itu, lada memang sama berharganya dengan emas.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (4)

Akan tetapi, dalam era Maulana Yusuf, muncul friksi di lingkungan istana Kesultanan Banten. Pada 1580, dia menghembuskan nafas terakhir setelah menderita sakit keras.

Perpecahan pun kian nyata. Dengan membawa kekuatan militer pendukungnya, Pangeran Arya menuntut agar takhta diteruskan kepadanya.

Dewan kadi Kesultanan Banten menolaknya, sehingga Pangeran Muhammad, yang saat itu masih berusia sembilan tahun, tetap diangkat sebagai raja Banten. Propaganda Pangeran Arya juga gagal menggalang banyak dukungan, sehingga dia terpaksa mengasingkan diri ke Jepara sampai akhir hayatnya.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (6)

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement