Senin 04 Feb 2019 15:15 WIB

Pembuatan Piramida Menurut Alquran

Piramida Mesir sebagai salah satu di antara delapan keajaiban dunia

Piramida Mesir
Foto: flickr
Piramida Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Piramida Mesir sebagai salah satu di antara delapan keajaiban dunia dikenal sebagai tempat makam raja-raja. Konon kabarnya, raja-raja dan bangsawan Mesir ketika meninggal tidaklah dikuburkan. Mereka diawetkan dan disimpan bersama harta kekayaannya. Seperti penemuan makam Raja Tutankhamun yang ditemukan utuh dan lengkap.

Namun, menurut Alquran, tujuan utama pembangunan piramida bukanlah sebagai makam. Dalam surah al-Qashash (28) ayat 38 disebutkan, "Dan Firaun berkata, 'Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka, bakarlah Hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa. Dan, sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta."

Dalam ayat ini disebutkan, tujuan Firaun membuat sebuah bangunan tinggi dari tanah liat tersebut adalah untuk melihat Tuhan Nabi Musa ke langit. Ia ingin membuktikan, benarkah di atas sana ada Tuhannya Nabi Musa atau tidak.

Hal menarik yang disebutkan Alquran adalah sepenggal ayat yang mengatakan, "Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi." Dalam ayat ini disebutkan secara lugas bahwa asal pembuatan bangunan yang saat ini dikenal dengan piramida disebutkan Alquran terbuat dari tanah liat yang dibakar. Apakah hal ini bisa dibuktikan secara ilmiah?

Kabar ini bermula dari tulisan seorang wartawan koran Amerika Times dalam edisi 1 Desember 2006 yang menyebutkan, para ilmuwan menyatakan pembuatan piramida berasal dari tanah liat yang dibakar. Ilmuwan Amerika dan Prancis, Profesor Gilles Hug dan Profesor Barsoum menegaskan, piramida paling besar yang saat ini berada di Giza terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual.

Menurutnya, model pembuatan batu tersebut dengan dibakar di bawah kayu, lalu kayu tersebut dipanaskan sehingga membentuk batu keras yang hampir normal. Ilmuwan ini juga menyebutkan, sebenarnya Firaun sangat mahir dalam ilmu kimia dan mengelola tanah liat.

Dalam penelitian yang dipublikasikan majalah Journal of American Ceramic Society disebutkan, Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi secara umum. Demikian juga untuk pembangunan piramida dengan bahan yang sama. Batu-batu besar yang tersusun membentuk piramida dibuat dengan cara dibakar. Menurut ilmuwan ini, tidak mungkin mengangkat batu yang beratnya ribuan kilogram tersebut. Inilah yang membuat Firaun menggunakan batu alam untuk membangun dasar. Batu lumpur tersebut dibakar, kemudian disusun membentuk piramida.

Model pembakaran batu lumpur tersebut dicampur dengan lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam. Setelah itu, uap air ini ikut membentuk campuran tanah liat. Tahapan selanjutnya dengan membuat cetakan di atas kayu dan dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida.

Profesor Davidovits meneliti langsung batu piramida yang diambil dari piramida Giza. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron. Ia menemukan sebuah jejak reaksi cepat yang menafsirkan batu itu terbuat dari lumpur. Pakar geologi dahulunya belum memiliki kemampuan membedakan antara batu alam dan batu buatan. Tapi, dengan peralatan canggih sang profesor, mereka akhirnya bisa membedakan.

Sang profesor juga menguji pembuatan batu lumpur dengan model yang sama dalam tempo 10 hari. Ia dapat menafsirkan secara akurat, memang model pembuatan batu-batu piramida dengan tanah liat atau lumpur yang dibakar api.

Penelitian ini juga didukung ilmuwan asal Belgia Guy Demortier. Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, ia akhirnya yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.

Selain itu, profesor asal Prancis Joseph Davidovits juga melakukan eksperimen selama 20 tahun. Ia menemukan piramida dibangun dari lumpur, terutama di bagian puncak piramida di mana sulit untuk menaikkan batu alam.

Inilah satu lagi keajaiban Alquran yang terkuak oleh sains abad modern. Bagaimana mungkin Alquran yang diturunkan 14 abad dahulu bisa menyebutkan secara eksplisit pembuatan piramida. Rasulullah SAW pun tak pernah ke Mesir atau menyaksikan piramida secara langsung.

Beliau SAW pun tak pernah tahu bahwa di Mesir ada bangunan besar bernama Piramida, selain apa yang diwahyukan kepadanya. Ini membuktikan, Alquran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul bernama Muhammad SAW.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement