REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Kondisi guru ngaji di Tanah Air masih memprihatinkan. Sebagian besar hidup dengan tingkat kesehateraan yang rendah dengan penghasilan di bawah upah minimum rata-rata. Akibatnya, konsentrasi mengajar mereka terpecah dengan tuntuntan mempertahankan hidup. Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Guru Ngaji, Anas Nashuha.
Kepada Republika di Jakarta, Kamis (10/2), Anas mengatakan tercatat sebanyak 550 ribu guru mengaji yang terdaftar di berbagai perwakilan Perguji yang tersebar di 11 Provinsi. Persoalan yang dihadapi mereka hampir sama yaitu rendahnya tingkat kesejahteraan. Meskipun sebagian guru mengaji mempunyai kemampuan financial yang cukup, tetapi jumlahnya masih belum sebanding dengan kondisi keseluruhan mereka.
Karena itu, dikatakan Anas, perlu langkah konkrit untuk memperbaiki kondisi ekonomi para guru ngaji. Pemerintah perlu memperhatikan guru mengaji. Langkah tersebut pernah secara riil dilakukan oleh pemerintah daerah Subang dan Inderamayu Jawa Barat. Pemda di dua kota tersebut memberikan intensif khusus bagi guru mengaji. Meskipun jumlahnya hanya sebesar 50 ribu per bulan. “Tetapi itu sudah menunjukkan itikad dan perhatian,” kata dia
Anas mengatakan dalam waktu dekat Perguji akan mendirikan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang dimaksudkan sebagai basis pemberdayaan guru mengaji. Tidak hanya dalam hal peningkatan taraf hidup, tetapi juga memacu kualitas sumber daya mereka melalui pelatihan-pelatihan yang memberikan inspirasi dan motivasi. Juga diharapkan BMT tersebut bisa mengikis sepak terjang tengkulak yang kerap merugikan masyarakat kalangan bawah.