REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peringatan Majelis Ulama Indonesia soal simbol-simbol natal yang dinilai berlebihan di pusat perbelanjaan maupun di hotel terus mendapat reaksi. Perhimpunan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia mengatakan, mereka sama sekali tidak bermaksud membedakan tamu hotel dari suku, asal-usul, apalagi agama.
"PHRI tidak membedakan tamu-tamunya dari bangsa, suku, asal-usul, dan agama," kata Ketua PHRI, Yanti Soekamdani, pada Republika, Rabu (22/12). Menurut dia, pernak-pernik dan simbol natal di hotel dan restoran tidak untuk menyinggung umat agama lain. Melainkan untuk menghormati umat agama yang merayakannya.
"Jadi kalau kita merayakan event-event, termasuk keagamaan, itu karena kita menghormati mereka yang merayakan," katanya lagi.
Seperti diketahui, MUI mengingatkan pusat perbelanjaan dan hotel-hotel agar tidak berlebihan memajang simbol-simbol natal. ''Berdasarkan laporan dari masyarakat dan pengamatan langsung di lapangan bahwa dalam rangka perayanan Hari Raya Natal bagi kaum Nasrani di beberapa mal, hotel, tempat rekreasi, dan tempat-tempat bisnis lainnya, telah menampilkan simbol-simbol Natal secara berlebihan,'' kata Ketua MUI, KH Muhyiddin Junaidi, Selasa (21/12).
''Demi menjaga perasaan umat Islam dan umat lainnya, serta kerukunan antarumat beragama, maka MUI mengingatkan kepada para pengelola mal, hotel, tempat rekreasi, dan tempat-tempat bisnis lainnya agar arif dan peka menjaga perasaan umat beragama,'' tambahnya.
MUI juga mengingatkan kepada pengelola mal, hotel, tempat rekreasi, dan tempat-tempat bisnis lainnya agar tidak memaksa karyawannya yang beragama Islam untuk memakai simbol-simbol dan ritual Natal.