Kamis 10 Dec 2015 20:16 WIB

Pidato Habibie di Jerman yang Membanggakan Islam Indonesia

Rep: c25/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Dewan Kehormatan ICMI BJ Habibie.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Dewan Kehormatan ICMI BJ Habibie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam menjadi kembali sorotan dunia setelah serangan terorisme yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu. Dunia seakan menuding ideologi radikal Islam berada di balik aksi teror itu.

Presiden Republik Indonesia ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie yang menjadi pembicara di sebuah seminar 'Demokrasi dan Islam' di Berlin, secara tegas menolak tudingan Islam mengajarkan kekerasan dan berada di balik aksi-aksi teror.

Ia meyakinkan Islam sama sekali tidak identik dengan aksi kekerasan dan teror, dan sangat sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. "Para pelaku teror itu tidak ada kaitan dengan Islam. Mereka adalah pelaku tindak kriminal," kata Habibie.

Dalam acara yang digelar Harris Seidel Siftung tersebut, Habibie menjelaskan bagaimana Islam bisa sangat kompatibel dengan demokrasi di Indonesia.

Hubungan serasi yang terus berjalan di Indonesia itu, lanjut Habibie, tentu saja bisa menjadi panutan dan pelajaran penting bagi Muslim di Jerman. Yakni, tentang bagaimana mereka bisa bersatu dengan masyarakat lokal.

Ia menerangkan, meski Indonesia menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, dengan 221,8 juta umat Islam, tapi tidak serta merta menjadi negara Islam.

Habibie menuturkan Indonesia sangat pluralistik. Terdapat ratusan suku dan etnis dengan agama yang berbeda-beda, akan tetapi agama dan budaya bisa berjalan beriringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement