REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa konflik yang terjadi di Papua dirasa sengaja didengungkan, termasuk demonstrasi pelarangan pembangunan masjid di Manokwari belum lama ini. Hal itu dinilai sebagai pemulus jalan untuk memisahkan Papua dari NKRI.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Kajian KH Maman Abdurrahman mengungkapkan kekhawatiran melihat konflik yang terjadi di tanah Papua, termasuk insiden pelarangan pembangunan masjid di Manokwari. Ia curiga konflik-konflik serupa memang sengaja ditiupkan dan dikobarkan segelintir orang, demi memuluskan langkah memisahkan Papua dari Indonesia.
"Saya curiga ini sengaja dibuat, seolah terjadi konflik dan bisa lepas dari Indonesia," kata ketua umum PP Persatuan Islam (Persis) tersebut kepada Republika, Senin (2/11). (Baca: Manokawi Jadi Kota Injil Jadi Alasan Pelarangan Berdirinya Masjid)
Dia mengatakan, kecurigaan itu berasal dari sejumlah konflik yang sepertinya dilakukan segelintir orang atau pihak tertentu dengan selalu mengatasnamakan agama sebagai dasar konflik. Maka itu, ia meminta negara agar dapat peka melihat situasi tersebut karena dikhawatirkan memang ada pihak-pihak yang sengaja memanaskan situasi demi memuluskan niat untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Terkait insiden pelarangan pembangunan masjid, Kiai Maman berharap semua pihak yang ada di Manokwari dapat menghormati kesepakatan tokoh-tokoh agama di Indonesia soal pembangunan rumah ibadah.Ia meminta masyarakat Manokwari tidak gegabah dalam mengambil sikap dan dapat menjaga persatuan dan kesatuan demi menjaga kerukunan di sana.
Kiai Maman menilai pihak berwajib harus peka mencium rencana-rencana yang mengancam kerukunan di Papua dan melakukan tindakan pencegahan agar tidak ada konflik yang seolah mengatasnamakan agama. Menurut Kiai Maman, insiden di Tolikara harus bisa menjadi pelajaran penting agar insiden serupa yang mengusik kerukunan hidup beragama tidak lagi terjadi, khususnya di Manokwari.