Rabu 16 Aug 2017 16:35 WIB

Islam Memerdekakan Manusia

Ilustrasi Dialog Jumat. Tema: Dakwah Islam di Papua
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Dialog Jumat. Tema: Dakwah Islam di Papua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Wisnu Tanggap Prabowo

Kemerdekaan merupakan kebutuhan dasar manusia. Sebagai agama fitrah, Islam mendukung penuh keinginan manusia ini. Islam tidak hanya memerdekakan manusia secara lahir, namun juga hati, jiwa, dan akalnya.

Meski Bangsa Romawi dan Persia tidak pernah menduduki Makkah, masyarakat Makkah dan sekitarnya lama menderita oleh perbudakan batin. Kesyirikan memenjarakan mereka dari fitrah. Akibatnya, akal mereka terpenjara. Mereka mengubur bayi perempuan hidup-hidup, menggantungkan harapan pada undian dan judi, meminta kepada pahatan patung, pelacuran, peperangan antarsuku, riba, serta mendarah dagingnya tahayul.

Di Makkah itulah, Allah Mengutus Rasulullah dengan membawa Alquran untuk memerdekakan manusia sepenuhnya. Dakwah pertama Rasulullah bukanlah menyeru untuk merebut kekuasaan dari para pemuka Quraisy.

Namun, lebih dahulu membebaskan kaumnya dari penjajahan fitrah, akal, dan jiwa dari berbagai kezaliman. Nabi Musa tidak menyeru kaumnya yang diperbudak untuk melakukan kudeta di Mesir demi meraih kemerdekaan dari Firaun yang zalim. Nabi Isa tatkala beliau diutus tidak mengajak para pengikutnya untuk melakukan resistansi fisik kepada kaisar Romawi demi meraih kemerdekaan lahiriah. Nabi Ibrahim juga tidak berusaha merebut singgasana Raja Namrud yang zalim.

Dakwah pertama dan utama seluruh nabi dan rasul selalu diawali dengan seruan untuk merdeka dari jeruji kesyirikan. "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu'," (QS an-Nahl: 36).

Ketika tauhid dan akidah telah tertanam di hati, para sahabat Nabi sejatinya telah meraih kemerdekaan hakiki meski secara lahir mereka masih terjajah. Mereka tenang dalam keimanan meski perut mereka seringkali lapar, harta mereka dirampas, keluarga mereka terpisah, dan terusir dari kampong halaman mereka.

Dalam waktu kurang dari 100 tahun kaum Muslimin meraih rentetan kemenangan demi kemenangan. Berawal dari Fathul Makkah, kota dan negeri di timur dan barat terbebaskan. Padahal, pasukan Khulafaur Rasyidin awalnya terdiri atas orang badui pedalaman, minim pengalaman perang dan dengan perbekalannya seadanya. Keledai dan kuda mereka pun kuruskurus.

Mereka relatif kurang terlatih, tidak memiliki organisasi militer sistematis dengan persenjataan lengkap sebagaimana pasukan Julius Caesar, Aleksander Agung, atau Hannibal Barca. Namun, dengan kekuatan akidah itulah mereka membuka jalan bagi munculnya kegemilangan peradaban Islam yang dibangun di atas tauhid, ilmu dan sains, keadilan, serta toleransi.

Semoga Allah merahmati para ulama, para santri, dan seluruh kaum Muslimin yang telah berjuang membebaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan baik lahir maupun batin, baik yang datang dari timur maupun barat, sejak dahulu hingga hari ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement