REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada empat pertanyaan yang akan sulit dijawab oleh manusia pada hari perhitungan di Padang Mahsyar. Apa sajakah keempat pertanyaan tersebut?
Ini disebutkan dalam sebuah hadis.
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ
وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Pada hari kiamat kelak, kedua kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat hisabnya hingga ia ditanya empat perkara, (yakni) tentang umur untuk apa dihabiskan; masa muda, untuk apa digunakan; harta, dari mana dan untuk apa dimanfaatkan; dan ilmu, untuk apa diamalkan" (HR Abu Daud).
Pertanyaan pertama ialah tentang umur yang diberikan. Usia setiap orang dapat berbeda satu sama lain. Ada yang dikaruniai umur panjang sampai tua (pikun). Ada pula yang berumur pendek.
وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ
"Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya (pikun)" (QS al-Hajj: 5).
Umur panjang bukanlah jaminan keberkahan. Bahkan, ada yang berusia panjang, tetapi sama sekali tak memanfaatkannya untuk iman dan takwa kepada Allah.
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍۛ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَࣖ
"Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan" (QS al-Baqarah: 96).
Namun, orang paling baik adalah yang panjang umur dan baik amalnya. Dan, orang paling buruk yang panjang umur, tetapi buruk amalnya (HR Ahmad).
Pertanyaan kedua ialah mengenai masa muda. Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari apa yang dilakukannya sewaktu muda.
Jika ia belum mencapai kemapanan dan kematangan pada umur 40 tahun, kecil peluangnya meraih kesuksesan.
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًاۗ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًاۗ وَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًاۗ حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
"Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai 40 tahun, dia (anak itu) berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridhai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim'" (QS al-Ahqaf: 15).
Pertanyaan ketiga ialah soal mencari dan memanfaatkan harta. Tentu, harta sangat penting dan strategis bagi seorang Muslim.
Oleh karena itu, harus jelas dari mana harta diperoleh dan untuk apa digunakan. Prof KH Didin Hafidhuddin dalam buku Membangun Kemandirian Umat, menyebutkan lima alasan mengapa rezeki yang dikonsumsi seorang Muslim harus halal dan bersih.
Pertama, rezeki yang haram adalah salah satu tipu daya setan untuk menghancurkan kehidupan manusia.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata" (QS al-Baqarah: 168).




