Senin 08 Dec 2025 12:47 WIB

Berdakwah kepada Penguasa

Inilah hikmah dari kisah Nabi Musa AS, yang berdakwah kepada Firaun.

ILUSTRASI Niat dakwah tulus hanya untuk mengharap ridha Allah.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
ILUSTRASI Niat dakwah tulus hanya untuk mengharap ridha Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Firaun merupakan contoh penguasa zalim yang namanya sering kali disebutkan dalam Alquran. Puncak kezaliman penguasa Mesir Kuno itu adalah klaim dirinya sebagai tuhan.

Untuk berdakwah kepada Firaun, Nabi Musa AS diutus oleh Allah Ta’ala. Sang utusan didampingi oleh Nabi Harun AS.

Baca Juga

“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Firaun karena ia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut (qawlal layyinan), mudah-mudahan ia sadar atau takut” (QS Taha: 42-44).

Perintah berdakwah dengan lemah-lembut, “qawlal layyinan”, adalah cara terbaik untuk menghadapi penguasa yang zalim. Buah atau hasilnya jelas, yakni perubahan kondisi hati; dari yang keras menjadi lunak. Yang didakwahi akan tersadar dan kembali bertobat kepada-Nya.

Surah Ghafir merekam betapa kerasnya hati Firaun yang melebihi batu. Dakwah Nabi Musa tidak hanya ditolak, tetapi juga dihadapkan dengan pelbagai ancaman yang sangat menakutkan.

Surah tersebut diceritakan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menenangkan hati beliau. Ketika berdakwah kepada masyarakat, Rasulullah SAW menghadapi pula tantangan yang sama.

Dalam surah Ghafir ayat ke-24, disebutkan bahwa Nabi Musa dituduh sebagai tukang sihir dan pendusta oleh Firaun. Para menteri dan pendukungnya, yang disebut haamaan dan qaaruun, pun ikut mengintimidasi. Mereka berkata, “Saahirun kadzdzaab.”

Kata saahirun diucapkan karena mereka tidak mampu menandingi mukjizat Nabi Musa AS yang luar biasa. Dengan mukjizat dari Allah itu, sang rasul berhasil menundukkan para penyihir Firaun, yakni dengan berubahnya tongkat menjadi ular.

Para penyihir tersebut begitu menyaksikan mukjizat seketika menolak Firaun. Mereka langsung menyatakan beriman kepada Allah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Ustaz Amir Faishol Fath
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement