REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Betapa tegasnya ajaran Islam melarang umatnya untuk menjauhi korupsi. Jangan sampai kejahatan luar biasa itu justru menjadi kebiasaan, sehingga masyarakat Muslimin menjadi kian permisif.
Kisah-kisah generasi terdahulu dapat menjadi pelajaran tentang betapa kepemimpinan menjadi faktor penting sikap anti-korupsi di tengah masyarakat.
Kisah Umar bin Khaththab berikut dapat menjadi bahan renungan. Seperti dinarasikan Fuad Abdurrahman dalam The Great of Two Umars. Khalifah kedua itu memiliki seorang putra bernama Abdurrahman.
Suatu hari, anak khalifah itu tertangkap basah sedang menenggak minuman keras bersama dengan kawan-kawannya di Mesir. Bahkan, mereka mabuk dan mengganggu ketentraman umum.
Amr bin Ash yang mengetahui kasus itu segera memerintahkan aparatnya untuk menangkap mereka. Gubernur Mesir tersebut menghukum cambuk Abdurrahman, tetapi tidak di depan umum, melainkan di dalam rumahnya sendiri.
Tentu hal itu dilakukan supaya orang-orang umum tidak banyak yang menyadari bahwa si terhukum adalah anak seorang khalifah telah berbuat dosa.
Bagaimanapun, kabar ini sampai juga di Madinah. Umar bin Khaththab segera mengirim surat kepada Amr bin Ash.
Isinya bernada amarah besar dan instruksi agar bawahannya itu segera memulangkan Abdurrahman kepadanya. Tidak hanya itu, anaknya itu juga diharuskan membungkuk sepanjang perjalanan dari Mesir ke Madinah. Tidak boleh berdiri. Harus membungkuk-bungkuk di hadapan rakyat seluruh negeri.
Umar menegaskan instruksinya itu harus dilaksanakan, padahal dia sudah diberi tahu bahwa Abdurrahman telah dihukum dicambuk.
Maka sampailah Abdurrahman di Madinah. Di lapangan umum, tempat eksekusi akan dijalankan. Sahabat Nabi SAW, Abdurrahman bin Auf sempat meminta kepada Umar agar mempertimbangkan ulang keputusannya.
“Wahai Amirul Mu`minin, Abdurrahman telah menerima hukuman di Mesir. Apa perlu diulang lagi?” kata dia.
View this post on Instagram




