Kamis 30 Oct 2025 09:05 WIB

Lebih Dekat dengan Syekh Muhammad bin Alawy

Ia merupakan seorang ulama besar aswaja yang karismatik.

(ilustrasi) Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki
Foto: tangkapan layar google
(ilustrasi) Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki adalah seorang ulama besar dari kalangan keturunan Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Makkah pada 1367 Hijriah (1947/1948 Masehi).

Ayahandanya, Sayyid Alwi al-Maliki, mengajar di halaqah-halaqah Masjidil Haram. Empat puluh tahun lamanya ulama kharismatik itu berprofesi sebagai pengajar di sana. Demikian pula dengan kakeknya, yakni Sayyid Abbas al-Maliki. Sejumlah tokoh Muslim Indonesia pernah menimba ilmu dari imam besar dan khatib Masjid al-Haram tersebut. Sebut saja, KH Hasyim Asy’ari, KH Idham Khalid, KH Abdullah Faqih Langitan, KH Maimun Zubair, dan Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Baca Juga

Melihat kemuliaan para datuk Muhammad bin Alawy, maka tidak mengherankan bila dirinya kelak sukses menjadi seorang dai internasional. Muhammad kecil menapaki pendidikan dasar dengan belajar ilmu-ilmu agama kepada ayahnya sendiri, baik di rumah maupun majelis-majelis umum. Di antara sekolahnya adalah Madrasah al-Falah di Makkah.

Sejak berusia tujuh tahun, Muhammad bin Alawy sudah menjadi hafizh Alquran 30 juz. Pada usia belasan tahun, sejumlah kitab kunci sudah dikuasainya, semisal Al-Muwaththa karya Imam Malik.

Lantaran tingkat kecerdasannya yang tinggi, dia sudah diizinkan mengajar kitab-kitab hadis dan fiqih kepada sesama murid di Masjid al-Haram. Atas dukungan ayahnya, Muhammad kemudian menjadi mahasiswa pada Universitas al-Azhar (Mesir). Tiada hari dilaluinya tanpa belajar, beribadah, dan berdoa.

Muhammad bin Alawy lulus dengan gelar doktor ilmu hadis. Disertasinya menuai predikat mumtaz atau summa cum laude. Saat itu, usianya terbilang muda: 25 tahun.

Dialah warga Arab Saudi pertama yang termuda sebagai penerima gelar tersebut dari Universitas al-Azhar. Satu tahun berselang, Muhammad kembali ke negara asalnya. Akhirnya, ulama ini dikukuhkan sebagai guru besar ilmu hadis pada Universitas Umm Al-Qura di Makkah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement