Selasa 07 Oct 2025 14:53 WIB

Asal Muasal Pesantren di Indonesia

Ada berbagai pendapat tentang asal muasal istilah 'pondok pesantren'.

Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto: ANTARA/NOVRIAN ARBI
Ilustrasi Pondok Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia, pesantren diakui luas sebagai lembaga pendidikan Islam tertua. Sejumlah sejarawan menyebut eksistensi pesantren terlebih dahulu hadir sebelum kedatangan bangsa Eropa di Nusantara pada abad ke-16 M.

Istilah pesantren merujuk pada tempat belajar bagi kaum intelektual Muslim yang dinamakan santri. Mereka mewarisi dan memelihara keberlanjutan tradisi keilmuan Islam yang dapat ditelusuri hingga generasi tabiut tabiin, tabiin, para sahabat Nabi Muhammad SAW dan tentunya Rasulullah SAW sendiri.

Baca Juga

Menurut Howard M Federspiel dalam buku The Oxford Encyclopedia of the Islamic World, istilah pesantren cenderung populer dan diterima luas di Jawa-Madura. Adapun di Sumatra, misalnya, lembaga yang berciri sama dengan pesantren dinamakan sebagai surau atau meunasah (Aceh). Di ranah Melayu luar Indonesia, seumpama Malaysia atau Kamboja, istilah pondok lebih sering dijumpai. Masyarakat Filipina dan Singapura memakai istilah madrasah.

Dalam bukunya, Tradisi Pesantren (2011), Zamakhsari Dhofier menerangkan perihal genealogi istilah pondok pesantren. Pondok berasal dari kata funduq, yang dalam bahasa Arab berarti `asrama.' Sementara, kata pesantren memiliki akar kata santri.

Dhofier lalu mengutip pendapat beberapa ahli sejarah, semisal Profesor Johns yang menyebutkan, kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti `guru.' Tak jauh beda dengan itu, filolog Belanda, CC Berg, menyebut bahwa santri berasal dari kata shastri atau cantrik dalam bahasa Sanskerta. Artinya, `orang yang mengetahui isi kitab suci' atau `orang yang selalu mengikuti guru.' Adapun M Chaturverdi dan BN Tiwari memandang, kata yang sama berasal dari shastra, yang berarti `buku.'

Pelbagai pemaparan tentang muasal istilah pesantren cenderung menegaskan cikal bakal lembaga itu tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Di Indonesia, khususnya Jawa, dalam masa transisi sejak memudarnya pengaruh Hindu-Buddha hingga awal penyebaran dakwah Islam, Wali Songo mengislamkan sistem lembaga pendidikan setempat.

Turut terimbas hal itu adalah sistem pendidikan yang merupakan legasi kebudayaan dua agama “khas India” tersebut. Para mubaligh Muslim ini lalu mengembangkan sistem yang lebih islami, yakni pesantren, seperti yang kita kenal sampai sekarang.

Dalam sistem pendidikan pesantren, rentetan transmisi keilmuan (sanad) dipandang sangat penting. Sanad menunjukkan pentingnya otoritas dalam berilmu agama. Maka, bisa dipastikan, sosok kiai di pesantren mempunyai sanad dan kemudian mewariskan sanad itu kepada murid-muridnya—biasanya yang paling cemerlang.

Dalam corak pendidikan pesantren, terdapat beberapa ciri khas. Misalnya, adanya hubungan yang akrab antara kiai atau pendiri pesantren itu dan para santri. Kemudian, tiap warga pesantren menerapkan laku kehidupan yang sederhana atau mendekati zuhud, kemandirian, gotong royong, dan pemberlakuan syariat Islam. Selain itu, kehadiran mereka di tengah masyarakat bersifat mengayomi, alih-alih eksklusif dan berjarak.

Pesantren pun memiliki teknik atau metodologi pengajaran yang terbilang khas. Adanya sistem halaqah serta hafalan atas teks-teks dasar keilmuan agama, merupakan beberapa contoh. Zamakhsari Dhofier merangkum adanya lima unsur dasar dalam setiap pesantren, yakni asrama, masjid, para santri, pengajaran kitab-kitab kuning, serta figur sentral kiai. Ketokohan kiai itulah yang membuat sebuah pesantren menjadi ikon kota tempatnya berada. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement