Selasa 30 Sep 2025 20:15 WIB

Pertama dalam Sejarah Netanyahu Tiba-tiba Meminta Maaf ke Qatar, Ada Udang di Balik Batu?

Netanyahu menelpon langsung Emir Qatar.

Rep: Teguh Firmansyah / Red: Nashih Nashrullah
Presiden Donald Trump berbicara setelah konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di  Gedung Putih, Senin, 29 September 2025, di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara setelah konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih, Senin, 29 September 2025, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID TEL AVIV—Permintaan maaf Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada mitranya dari Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani— atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Donald Trump— memiliki arti yang sangat penting dalam hal konotasi, waktu, dan pesan yang dibawanya.

Koresponden Gedung Putih Aljazeera, Wajd Waqfi, mengatakan Trump mengambil inisiatif—setelah kedatangan Netanyahu di Gedung Putih— untuk menelepon Perdana Menteri Qatar. Waqfi mencatat pada panggilan ketiga, Netanyahu menawarkan permintaan maaf Israel yang jarang terjadi.

Baca Juga

Permintaan maaf Israel datang setelah pelanggaran kedaulatan dan keamanan Qatar serta gugurnya seorang petugas keamanan negara petro dolar itu dalam agresi Israel menargetkan delegasi negosiasi Gerakan Perlawanan Islam Hamas di ibu kota Doha yang mengakibatkan gugurnya lima orang Palestina sebagai martir.

Pada 9 September 2025 , Israel melancarkan agresi militer terhadap Qatar, menargetkan sebuah markas besar tempat sejumlah pemimpin Hamas bertemu untuk membahas proposal yang diajukan oleh Trump untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengembalikan tahanan Israel yang masih ditahan oleh pihak perlawanan di Jalur Gaza.

Qatar, yang telah bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri perang genosida di Gaza selama hampir dua tahun, menggambarkan serangan Israel sebagai agresi berbahaya dan terorisme negara.

Hal tersebut melanggar prinsip mediasi itu sendiri, dan berjanji untuk mengambil semua tindakan untuk melindungi keamanan dan integritas teritorialnya.

Menurut koresponden Aljazeera, Qatar menerima inisiatif Trump karena keprihatinannya terhadap keamanan dan stabilitas kawasan dan keinginannya untuk melanjutkan peran mediasinya dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Israel Broadcasting Corporation mengutip sebuah sumber yang mengatakan Netanyahu tidak memberi tahu para menteri tentang masalah permintaan maaf kepada Qatar. Media ini menyebut Doha meminta permintaan maaf Netanyahu sebagai syarat untuk melanjutkan partisipasinya dalam negosiasi.

Permintaan maaf yang dipaksakan

Kepala Biro Aljazeera di Ramallah, Walid al-Omari, mengatakan permintaan maaf dari Netanyahu, yang selalu sombong dan arogan dalam hubungannya dengan badan-badan internasional, merupakan hal yang sangat penting, dan bahwa langkah tersebut telah menjadi berita utama di media Israel.

Menurut al-Omari, permintaan maaf Netanyahu datang 20 hari setelah serangan Israel ke Doha dan mencakup komitmen dan jaminan bahwa serangan itu tidak akan terulang. Ini dengan catatan bahwa Qatar mensyaratkan kembalinya ke mediasi dengan mendesaknya permintaan maaf si penyerang.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement