REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) berturut-turut masuk dalam daftar ilmuan paling berpengaruh di dunia sejak 2021 hingga 2025.
Berkat dua teknologi tepat guna bagi pesantren, tokoh muda NU ini berturut-turut selama lima tahun masuk dalam daftar 2 persen ilmuan berpengaruh di dunia
Stanford University bekerjasama dengan Elsevier BV membuat daftar tahunan bagi peneliti top dunia di berbagai bidang.
Daftar yang dirilis tahun ini merupakan edisi ke-8 dari publikasi “Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators” yang diterbitkan oleh Elsevier BV pada tanggal 19 September 2025.
Pada tahun ini, sebanyak 209 peneliti asal Indonesia masuk dalam daftar tersebut. Dari 209 peneliti, tokoh muda NU sekaligus dosen muda Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Achmad Syafiuddin, masuk dalam daftar dan menempati peringkat 17 dari 209 peneliti asal Indonesia. Achmad secara konsisten masuk dalam daftar tersebut berturut-turut sejak 2021.
Achmad mengatakan, pada 2023, bersama tim mendirikan pusat riset terkait masalah lingkungan di pesantren yang diberi nama Center for Environmental Health of Pesantren (CEHP), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).
"CEHP UNUSA merupakan satu-satunya pusat riset yang ada di Indonesia yang khusus melakukan penelitian, pengabdian dan inovasi masalah kesehatan lingkungan di pesantren," kata Achmad kepada Republika.co.id, Ahad (21/9/2025)
Untuk diketahui, Achmad memiliki kepakaran di bidang remediasi polusi lingkungan dan telah menghasilkan publikasi sebanyak 124 dokumen terindeks Scopus dengan H-Index 30.
Dia merupakan inventor atau penemu dua teknologi tepat guna, yakni UNUSA-Water dan UNUSA-Incinerator yang telah dipasang di beberapa pesantren dan masyarakat di Indonesia.
Achmad menjelaskan, UNUSA-Water merupakan teknologi sederhana berbasis filtrasi bertingkat menggunakan bahan alam yang dapat mengolah air kotor menjadi air yang layak untuk sanitasi dan minum.