Selasa 16 Sep 2025 14:00 WIB

Netanyahu Buat Pernyataan Mengejutkan, Akui Israel Semakin Terisolasi Akibat Perang Gaza

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara saat konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Yerusalem, Ahad, 10 Agustus 2025.
Foto: Abir Sultan/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara saat konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Yerusalem, Ahad, 10 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sedang dicari Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan perang di Jalur Gaza, mengatakan pada Senin (16/9/2025) Israel telah memasuki kondisi terisolasi karena perang, dan menyerukan untuk menghadapi hal ini.

"Karena perang, Israel memasuki kondisi terisolasi, dan kita harus menghadapi itu," kata Netanyahu yang dikutip oleh Israel Channel 12, dilansir Aljazeera, Selasa (16/9/2025).

Baca Juga

"Kita mungkin menemukan diri kita dalam situasi di mana ada hambatan untuk ekonomi internasional kita, dan industri militer kita dilarang di dunia," tambahnya.

Netanyahu dikutip oleh Kan TV Israel, mengatakan bahwa Qatar dan China adalah dua negara yang memberlakukan blokade terhadap Israel di bidang legitimasi dan media baru.

Dia juga menegaskan dirinya tidak menerima apa yang dia gambarkan sebagai klaim bahwa operasi di Qatar gagal. Dia menyebut serangan Israel pekan lalu di sebuah gedung di mana anggota delegasi negosiasi dari Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) bertemu untuk membahas proposal terbaru AS untuk gencatan senjata di Gaza.

"Sangat penting untuk mengirim pesan bahwa para pejabat Hamas tidak kebal terhadap apa pun, dan pesan itu telah tersampaikan," kata Netanyahu, menurut Channel 7 Israel.

 Israel menyaksikan peningkatan isolasi internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya di tingkat diplomatik, tetapi juga di bidang ekonomi dan sosial.

Beberapa negara Barat diperkirakan akan mengumumkan di PBB dalam beberapa hari ke depan bahwa mereka akan secara resmi mengakui negara Palestina. Sebuah langkah yang dapat membuka pintu bagi gelombang tindakan diplomatik dan politik terhadap Tel Aviv.

Kepala Federasi Industrialis mengatakan bahwa para importir dan eksportir menghadapi penolakan yang semakin besar untuk berurusan dengan mereka.

Sementara para ahli hukum internasional memperingatkan perkembangan ini hanyalah permulaan dari boikot yang lebih luas.

Di dalam Israel, krisis politik dan keamanan disertai dengan indikator-indikator serius dalam ekonomi pertanian, yang tetap stagnan selama bertahun-tahun, sementara indeks harga buah-buahan dan sayuran telah meningkat tajam, yang menyebabkan penurunan konsumsi per kapita.

Diperkirakan harga produk pertanian Israel 25 persen lebih tinggi daripada harga internasional pada 2021.

Perbedaan yang kemungkinan besar akan melebar seiring dengan meningkatnya isolasi internasional dan berkurangnya kemampuan untuk mengekspor dan mengimpor, di tengah kekhawatiran akan hilangnya stabilitas ekonomi.

Boikot komersial dan ekonomi secara bertahap tampaknya merupakan cerminan dari lintasan politik dan diplomatik yang mengeras terhadap Israel, karena dampak perang berpindah dari medan perang ke setiap detail kehidupan sehari-hari, mulai dari harga makanan hingga masa depan hubungan dengan Barat.

Boikot ekonomi diam-diam

Para ekonom memperingatkan kesenjangan antara produksi yang stagnan dan pertumbuhan populasi yang cepat ditambah dengan dampak boikot komersial dan ekonomi secara bertahap, dapat menyebabkan krisis pangan internal tak terelakkan yang melampaui sektor persenjataan dan militer hingga menyentuh dasar-dasar kehidupan sehari-hari warga Israel.

photo
Pengunjuk rasa membawa poster saat aksi damai Lampung bersama Palestina di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Lampung, Sabtru (19/4/2025). Mereka menyerukan boikot terhadap produk dari Israel dan meminta penghentian serangan Israel kepada warga Palestina. - (ANTARA FOTO/Ardiansyah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement