REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Dalam sebuah artikel yang diterbitkan News 12 Penulis Israel, Eli Boudet, membahas upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Israel terhadap para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Doha.
Boudet menyatakan hal itu dapat berubah menjadi sebuah kesalahan strategis yang akan merugikan negara tersebut lebih besar daripada keuntungan lainnya.
Dilansir Aljazeera, Senin (15/9/2025), dia menjelaskan hasil politik dan diplomatiknya jelas negatif, bahkan jika operasi tersebut sebagian berhasil secara militer, hal itu merusak kepercayaan dengan Qatar dan dunia Arab, memperumit hubungan dengan Amerika Serikat, memperkuat posisi musuh-musuh Israel, dan tidak memberikan kontribusi terhadap kemajuan upaya pembebasan tawanan.
Selama beberapa tahun terakhir, Israel telah membangun hubungan yang penuh rahasia dan saling percaya dengan sejumlah negara Teluk, melalui kontak-kontak yang dilakukan secara hati-hati oleh Mossad dan para pejabat Kementerian Luar Negeri.
Penentangan Mossad
Dia menambahkan hubungan ini merupakan hasil dari upaya yang panjang, sehingga tidak mengherankan jika Kepala Mossad menentang waktu pelaksanaan operasi tersebut.
Terutama karena kompromi dari mediator Qatar, yang memiliki kekebalan diplomatik, merupakan langkah yang tidak biasa dalam diplomasi Israel.
Boudet juga mencatat sejarah mencerminkan upaya Israel sebelumnya dalam tindakan serupa yang memprovokasi pelanggaran rasa kepercayaan, seperti upaya pembunuhan terhadap Khaled Meshaal di Yordania pada 1997 atau pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh di Uni Emirat Arab pada 2010.
Dia menambahkan, negara-negara Timur Tengah, termasuk negara-negara yang sedang dalam proses perdamaian dan normalisasi, khawatir bahwa Israel berusaha untuk mencapai hegemoni regional.
