REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Guru Besar Ilmu Sosial dan Kajian Internasional di Universitas Exeter, Britania Raya, Ilan Pappé, menjelaskan bagaimana Zionisme mampu mempengaruhi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memaksa dunia internasional untuk berada di sisi pendirian negara Israel,
Pappé menjelaskan, lobi Zionis di Amerika Serikat memainkan peran penting dalam pengesahan resolusi pemisahan Palestina 1947.
Terutama setelah mitranya di Inggris gagal meyakinkan pemerintahan London untuk mendukung resolusi tersebut, sehingga mendorongnya untuk abstain dalam pemungutan suara.
Dalam wawancara dengan Aljazeera, dikutip Kamis (11/9/2025), dia menjelaskan, tantangan yang dihadapi oleh lobi lebih dari sekadar mengamankan dukungan AS, tetapi juga tugas yang lebih sulit, yaitu memobilisasi dua pertiga mayoritas yang diperlukan di Majelis Umum PBB.
Untuk mencapai hal ini, kata Pappé, lobi berhasil mendorong pemerintah AS untuk memberikan tekanan besar pada negara-negara seperti Haiti dan Liberia, yang secara moral cenderung mendukung posisi Palestina.
Tekanan-tekanan ini, ungkap Pappé, termasuk ancaman untuk memotong bantuan keuangan atau janji untuk meningkatkannya sebagai imbalan atas pemungutan suara mendukung pemisahan.
Situasi yang memaksa beberapa perwakilan memberikan suara berlawanan dengan keyakinan mereka. Salah satu dari mereka bahkan dengan berlinang air mata berpidato di hadapan delegasi Palestina, meminta maaf. "Pemerintah saya memaksa saya untuk mendukung resolusi, tetapi saya sepenuhnya menentangnya."
Pappé melanjutkan penjelasannya, lobi Zionis di Inggris dan Amerika mengerjakan tugas penting lainnya, yaitu memastikan bahwa pasukan Zionis memiliki kemampuan militer yang memadai untuk melakukan pembersihan etnis (Nakba 48) dan operasi-operasi militer selanjutnya.
