Kamis 04 Sep 2025 18:09 WIB

Pendeta Buhaira Takjub Melihat Tanda Kenabian Rasulullah

Sang pendeta berpesan kepada Abu Thalib agar selalu menjaga keponakannya ini.

Nabi Muhammad SAW
Foto: Republika.co.id
Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah biara berdiri di pinggir jalan utama yang menuju pusat Negeri Syam (Suriah). Di dalamnya, seorang kepala biara tinggal.

Orang-orang menyebutnya sebagai Buhaira. Dalam bahasa setempat, buhaira berarti 'lautan luas' atau 'yang terpilih.' Gelar itu menandakan, besarnya penghormatan masyarakat setempat pada sang rahib.

Baca Juga

Seperti disebut dalam Ensiklopedi Islam, nama tokoh Kristen ini adalah Gergeus. Sehari-hari, dirinya mendaras Injil dan Taurat, serta mengajarkan isi kitab itu dan ilmu-ilmu falak kepada para muridnya.

Aliran Kristen yang ia ikuti adalah Nestorian atau Nastur. Sekte ini tidak menerima doktrin ketuhanan Nabi Isa AS atau Yesus. Bahkan, pantang baginya menyebut Yesus sebagai Tuhan atau "anak Tuhan."

Buhaira Gergeus memiliki seorang murid nan setia bernama Mudzhib. Di kemudian hari, Mudzhib menjadi guru bagi Salman al-Farisi, sebelum sahabat Nabi ini masuk Islam.

Biara Buhaira Gergeus berlokasi di pinggir jalan utama menuju ke Syam dan selalu tinggal di dalamnya. Dia tinggal di sana, khususnya pada musim lewat para pelancong dan kafilah dagang.

Pada siang hari itu, Buhaira Gergeus sedang berdiri di depan biaranya. Ia amat menanti-nantikan momen kini. Banyak kafilah dagang dari Jazirah Arab yang berdatangan ke Syam. Dan, di antara mereka selalu ada yang berasal dari Makkah.

Bagi Buhaira, kedatangan kafilah-kafilah Makkah itu sangat diharapkan. Bukan lantaran barang-barang komoditas yang mereka bawa, melainkan siapa yang akan bersama mereka.

Sesuai dengan pembacaannya atas kitab-kitab suci, Buhaira percaya bahwa sang nabi Allah akhir zaman (khatam al-anbiya wal mursalin) lahir pada masa ini. Dan, sosok istimewa itu berasal dari Tanah Arab.

Kemudian, tampaklah rombongan kafilah Quraisy yang berasal dari Makkah. Mereka sedang bergerak menuju jalan di depan biara milik pendeta Buhaira.

Buhaira takjub menyaksikan rombongan tersebut dari kejauhan. Sebab, pohon-pohon dan batu-batu di pinggir jalan tampak menunduk begitu dilewati oleh mereka. Gumpalan awan juga selalu menaungi dan melindungi kafilah ini dari terik sinar matahari.

Buhaira semakin terkesima saat melihat adanya seorang anak laki-laki di antara rombongan tersebut. Sang rahib pun berinisiatif untuk menghampiri kafilah ini, yang sedang beristirahat tak jauh dari gerejanya.

"Salam sejahtera untuk kalian, apakah kalian berasal dari Makkah?" kata Buhaira menyapa rombongan ini.

"Benar, wahai Tuan," jawab Abu Thalib, seorang tokoh Quraisy dalam kafilah ini.

Meskipun sedang berbicara dengan mereka, pandangan mata Buhaira tak lepas dari sosok anak kecil yang duduk di samping Abu Thalib. Seakan-akan tidak sabar lagi, ia segera memegang tangan anak itu.

"Ini adalah pemuka alam. Ini adalah utusan Allah, Tuhan semesta alam. Dia ini diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam," katanya.

photo
Penjelasan tentang cobaan yang dialami Nabi Muhammad yang sangat berat - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement