Kamis 04 Dec 2025 07:28 WIB

Israel Hancurkan Gaza, tapi Hamas Belum Hancur

Dalam operasi militernya Israel sangat bertekad menumpas Hamas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Tentara Israel menahan seorang demonstran selama protes yang menyerukan kembalinya warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka di kamp pengungsi Nur Shams, di kota Tulkarem, Tepi Barat, Ahad, 23 November 2025.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Tentara Israel menahan seorang demonstran selama protes yang menyerukan kembalinya warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka di kamp pengungsi Nur Shams, di kota Tulkarem, Tepi Barat, Ahad, 23 November 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meyakini terdapat kekeliruan dalam operasi militer Israel di Jalur Gaza yang berlangsung selama dua tahun terakhir. Dia mengatakan, tujuan Israel adalah menghancurkan Hamas. Namun, meski saat ini Gaza telah porak poranda, Hamas masih eksis. 

"Saya pikir ada sesuatu yang salah secara fundamental dalam cara operasi ini dilakukan dengan pengabaian total terkait kematian warga sipil dan kehancuran Gaza," kata Guterres ketika diwawancara dalam acara yang digelar Reuters di New York, Amerika Serikat, Rabu (3/12/2025). 

Baca Juga

Dia menambahkan, dalam operasi militernya Israel sangat bertekad menumpas Hamas. "Gaza telah dihancurkan, tetapi Hamas belum dihancurkan. Jadi ada sesuatu yang salah secara fundamental dengan cara ini dilakukan," ujar Guterres. 

Dalam wawancara tersebut, Guterres sempat ditanya pendapatnya soal tudingan kejahatan perang yang terjadi di Gaza. "Ada alasan kuat untuk meyakini bahwa kemungkinan itu mungkin terjadi," kata dia merespons pertanyaan tersebut. 

Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 hingga kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas diterapkan pada 10 Oktober 2025, lebih dari 70 ribu warga Palestina di Gaza terbunuh akibat agresi Israel. Meski sudah menyepakati gencatan senjata, Israel terus melanggar perjanjian dengan melancarkan serangan secara berkala ke Gaza. Serangan tersebut turut membunuh warga sipil. 

Kini setidaknya terdapat 1,3 juta pengungsi di Gaza. Mereka hidup mengandalkan pasokan bantuan kemanusiaan. Meski kondisi kehidupan masyarakat di Gaza sangat kritis, Israel tetap mempersulit masuknya truk bantuan kemanusiaan. 

Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Israel telah menahan masuknya 6.000 truk pengangkut bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Selain bahan pokok dan obat-obatan, truk-truk tersebut turut mengangkut ratusan ribu tenda serta selimut. 

Penasihat media UNRWA, Adnan Abu Hasna, mengungkapkan, jumlah truk yang memasuki Gaza memang meningkat jika dibandingkan sebelum gencatan senjata tercapai. Namun jumlahnya tetap masih sangat jauh dari yang dibutuhkan.

Abu Hasna mengatakan, Israel terus memblokir masuknya ratusan barang penting, termasuk pasokan kesehatan, peralatan air dan sanitasi, serta bahan pangan pokok. "Yang diizinkan masuk hanyalah sejumlah truk terbatas yang membawa barang-barang komersial, sementara 95 persen penduduk Jalur Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan dan tidak mampu membeli bahan-bahan tersebut," ucapnya, dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (2/12/2025). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement