REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suatu ketika, satu di antara banyak sahabat Nabi Muhammad SAW meninggal. Rasulullah SAW mengantarkan jenazahnya hingga pemakaman.
Pulang dari pemakaman, Rasulullah SAW melayat keluarga almarhum. Beliau menghibur mereka dan berpesan agar tetap bersabar dan tawakal menghadapi musibah tersebut.
"Apakah sebelum meninggal, almarhum mewasiatkan sesuatu?” tanya Rasulullah SAW.
“Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara napasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal,” jawab istri dari sahabat Rasul yang meninggal.
Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apa yang dikatakannya?”
Istri dari sahabat Rasul yang meninggal menjawab, "Aku tidak tahu, wahai Rasulullah. Apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum meninggal, ataukah ia kesakitan karena dahsyatnya sakaratul maut. Aku tidak bisa menangkap ucapannya karena terputus-putus.”
Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apa yang ia ucapkan?”
Ia menjawab, "Andai lebih lama lagi, andai yang masih baru, andai semuanya. Hanya kata-kata itu yang tertangkap telingaku. Sungguh aku tidak tahu maksudnya."
Fuad Abdurrahman dalam buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW, menjelaskan, dalam peristiwa tersebut, Rasulullah SAW tersenyum kemudian bersabda, "Sungguh, ucapan suamimu itu benar adanya. Seperti ini ceritanya. Suatu hari, ia berjalan cepat ke masjid untuk menunaikan sholat Jumat. Di tengah jalan, ia berjumpa dengan orang buta yang juga hendak ke masjid."
"Orang buta itu berjalan tersandung-sandung karena tidak ada yang menuntun. Maka, suamimu membimbingnya sampai ke masjid. Ketika hendak mengembuskan napas terakhirnya, ia melihat pahala amal salehnya itu sehingga ia berkata, ‘Andai lebih lama lagi’. Maksudnya, seandainya dulu ia menuntun orang buta itu lebih lama lagi, pasti pahalanya lebih besar."