Kamis 03 Jul 2025 19:39 WIB

Cara Sahabat Nabi Hadapi Pendukung Ekstremisme

Kaum ekstremis ini telah menuduh dan membenci Ali bin Abi Thalib.

Ilustrasi Sahabat Nabi.
Foto: Republika
Ilustrasi Sahabat Nabi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga orang Khawarij menghadapi seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abbas. Ketiganya mewakili ribuan rekannya yang memiliki paham esktrem dalam beragama.

Salah satu hal yang mereka soroti adalah Ali bin Abi Thalib. Walaupun pernah membela mati-matian suami Fathimah binti Rasulullah SAW itu, mereka justru akhirnya berbelot dan menjadi penentang.

Baca Juga

Itu setelah Ali berunding (tahkim) dengan kubu Mu'awiyah bin Abi Sufyan selepas Perang Shiffin. “Wahai kalian," kata Ibnu Abbas, "sampaikan kepadaku alasan kebencian kalian kepada menantu Rasul SAW beserta sahabat Muhajirin dan Anshar!"

Ibnu Abbas juga mengingatkan mereka bahwa Alquran pertama-tama turun kepada kaum Muhajirin dan Anshar, bukan golongan yang belakangan berislam seperti orang-orang Khawarij. "Bahkan, tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang bersama dengan kalian kini,” ucap dia.

“Kami punya tiga alasan,” kata pendebat dari kaum Khawarij.

Pertama, lanjut dia, Ali telah menjadikan manusia sebagai hakim—yakni dalam momen tahkim. Padahal, Allah berfirman dalam surah Yusuf ayat 40, yang artinya, “Keputusan itu hanyalah milik Allah.”

Kedua, Ali telah memerangi musuh, yakni kubu ‘Aisyah binti Abu Bakar, dalam Perang Unta. Namun, setelah menang, Ali tidak mengambil harta rampasan. Mereka mengecap, kalau ‘Aisyah adalah Mukmin, tentu haram bagi orang Islam berperang terhadapnya.

Ketiga, Ali telah menghapus sebutan amirul mu`minin dari dirinya. Khawarij menganggap, sejak itu ayahanda Hasan dan Husain tersebut menjadi amirul kaafiriin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement