REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di masa lalu bumi, ketika dinosaurus berkeliaran di planet ini lebih dari 200 juta tahun yang lalu, satu hari hanya berlangsung sekitar 23 jam.
Ini karena rotasi bumi lebih cepat pada masa geologi kuno itu, akibat efek gravitasi antara bumi dan bulan, yang belum memperlambat planet ini seperti saat ini.
Hari yang terdiri dari 25 jam
Bahkan dalam sejarah manusia yang relatif baru, selama Zaman Perunggu sekitar 4.000 tahun yang lalu, penelitian menunjukkan panjang hari rata-rata sekitar 0,47 detik lebih pendek daripada panjang hari saat ini sekitar 24 jam (yaitu 86.400 detik).
Perbedaan waktu yang kecil ini tidak terlihat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sangat penting dalam perhitungan astronomi dan ilmu bumi yang akurat, yang diukur melalui analisis yang cermat terhadap pergerakan bumi menggunakan catatan geologi dan arkeologi.
Ke depan, para ilmuwan memperkirakan bahwa jika perlambatan rotasi bumi secara bertahap akibat gaya pasang surut dan pengaruh internal dan eksternal lainnya terus berlanjut, maka panjang hari akan terus meningkat.
BACA JUGA: Serangan Rudal Iran Dahsyat, tapi Mengapa Korban Israel Sedikit? Ternyata Ini Penjelasannya
Model astronomi menunjukkan bahwa sekitar 200 juta tahun dari sekarang, satu hari di bumi akan berlangsung selama 25 jam, bukan 24 jam.
Perubahan panjang hari yang lambat ini merupakan bagian dari dinamika planet kita dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk interaksi gravitasi antara bumi dan bulan.
Perubahan distribusi massa di permukaan Bumi (seperti es yang mencair), pergeseran struktur internal Bumi (seperti pergerakan inti luar yang cair), dan bahkan aktivitas seismik dan vulkanik.
