Selasa 24 Jun 2025 15:26 WIB

Media Barat Bongkar Operasi Rahasia Israel Teror Elite Militer Iran, Apakah Berhasil?

Iran tegaskan akan melawan jika diserang.

Rep: Fitrian Zamzami / Red: Nashih Nashrullah
Tentara Israel dan tim penyelamat di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan rudal Iran di Beersheba, Israel, pada Selasa, 24 Juni 2025.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Tentara Israel dan tim penyelamat di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan rudal Iran di Beersheba, Israel, pada Selasa, 24 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— The Washington Post mengungkapkan bahwa intelijen Israel meluncurkan operasi rahasia setelah serangan militer pertamanya ke Iran pada 13 Juni lalu.

Operasi bertujuan untuk mengintimidasi para pejabat senior militer Iran melalui panggilan telepon langsung dan peringatan pribadi, dalam upaya untuk menciptakan kekacauan dan perpecahan di dalam rezim Iran.

Baca Juga

Dikutip Republika.co.id, Selasa (24/5/2025), menurut laporan eksklusif tersebut, agen-agen keamanan Israel yang fasih berbahasa Farsi menghubungi setidaknya 20 pejabat senior Iran dan memperingatkan mereka bahwa mereka akan menjadi target berikutnya kecuali jika mereka meninggalkan dukungan mereka untuk Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.

Surat kabar tersebut melaporkan bahwa mereka berhasil mendapatkan rekaman audio dari salah satu panggilan telepon tersebut, yang berisi ancaman langsung dari seorang jenderal IRGC.

Ancaman itu berbunyi demikian: "Anda punya waktu 12 jam untuk melarikan diri bersama istri dan anak Anda... kami lebih dekat dengan Anda daripada urat nadi Anda."

Surat kabar tersebut mendapatkan nama jenderal Iran tersebut, tetapi menahan diri untuk tidak mempublikasikannya dan menghapus suaranya dari rekaman audio untuk melindungi identitasnya.

Sebagai bagian dari operasi yang lebih luas

Komunikasi-komunikasi ini merupakan bagian dari operasi yang lebih luas yang diluncurkan oleh Israel dengan nama "Singa Bangkit".

Operasi menargetkan fasilitas nuklir, situs militer, dan depot senjata di dalam Iran, di samping melakukan pembunuhan terhadap para pemimpin terkemuka, termasuk Jenderal Hossein Salami, Jenderal Mohammad Bagheri, dan ilmuwan nuklir Fereydoun Abbasi Dawani, demikian menurut investigasi tersebut.

Operasi intelijen, menurut Washington Post, tidak terbatas pada komunikasi, tetapi juga termasuk mengirimkan surat peringatan tertulis kepada beberapa pejabat atau berkomunikasi dengan mereka melalui istri mereka, dengan pesan yang jelas bahwa mereka sepenuhnya terekspos oleh intelijen Israel.

Menurut sumber-sumber investigasi, tujuan operasi ini adalah untuk melumpuhkan kemampuan kepemimpinan Iran dalam mengisi kekosongan yang diciptakan oleh pembunuhan para pemimpin barisan pertama, dan untuk menciptakan rasa takut di benak barisan kedua dan ketiga.

Apakah ini mencapai tujuannya?

Salah satu sumber mencatat bahwa beberapa tokoh sekarang menolak untuk mengambil posisi sensitif karena takut bernasib sama.

Meskipun para pejabat Barat belum mendeteksi adanya pembelotan di dalam tubuh militer Iran, operasi ini merupakan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pekerjaan intelijen dan psikologis terhadap Teheran.

Ini bersamaan dengan serangan militer yang diprakarsai oleh Israel dan kemudian ditambah oleh Amerika Serikat dengan serangan yang menargetkan situs nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan.

The Washington Post berkomentar operasi Israel bertujuan untuk melakukan lebih dari sekadar menyerang kemampuan nuklir Iran, tetapi juga merupakan upaya sistematis untuk membongkar struktur kepemimpinan Iran dan mengacaukannya dari dalam.

Ini dengan menggunakan perangkat intelijen dan intimidasi pribadi, dalam preseden yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam konflik antara kedua belah pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement