Jumat 20 Jun 2025 18:19 WIB

Ta’aruf bukanlah 'Membeli Kucing Dalam Karung'

Fenomena pacaran yang justru sering kali penuh kepura-puraan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Pengunjung melihat buku dalam acara IBF2025 di JICCSenayan, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Pameran buku Islam terbesar di Indonesia ini berlangsung selama lima hari hingga 22 Juni 2025
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung melihat buku dalam acara IBF2025 di JICCSenayan, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Pameran buku Islam terbesar di Indonesia ini berlangsung selama lima hari hingga 22 Juni 2025

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bincang-bincang bertajuk “Karena Menikah Tak Sebercanda Itu” menjadi salah satu sesi dalam Islamic Book Fair (IBF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta. Talkshow yang digelar pada Kamis (19/6/2025) malam itu membicarakan buku karya Amar ar-Risalah yang berjudul sama. Turut hadir pasangan muda yang populer sebagai kreator konten, Hira dan Lutfi.

Amar membuka diskusi dengan membicarakan fakta umum yang sering diabaikan dalam pembahasan pernikahan: ketertarikan fisik.

Baca Juga

“Yang pertama kalian lihat ternyata adalah parasnya. Dan jangan bilang laki-laki nggak lihat fisik. Please,” ujarnya kepada hadirin, Kamis (19/6/2025) malam.

Menurutnya, fitrah manusia sudah sewajarnya menyukai keindahan. Ini berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Ia mencontohkan, Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang berpenampilan rapi dan berbadan harum. Namun demikian, Amar mengingatkan, aspek agama tetap menjadi penyaring utama dalam memilih pasangan.

"Fisik dulu, boleh. Tapi, penyaring terakhir tetap agama. Karena, akhlak itu hanya bisa dilihat melalui interaksi," tegasnya.

Menanggapi hadis Nabi Muhammad SAW tentang empat kriteria calon pasangan—harta, keturunan, kecantikan, dan agama—ia mengajak para lelaki untuk tidak hanya menonjolkan kesalehan spiritual, tanpa memperhatikan penampilan.

“Anda jangan mengandalkan kesalehan saja, tapi jarang mandi. Tampil rapi itu bagian dari dakwah,” kata dia sambil menyinggung gaya islami "seadanya" yang menurutnya kerap disalahpahami.

Ia juga menyoroti pentingnya kesetaraan intelektual dalam hubungan. Di wilayah metropolitan seperti Jabodetabek, mayoritas perempuan kini berpendidikan tinggi dan memiliki karier.

Maka, laki-laki pun dituntut untuk berkembang. “Kalau laki-lakinya terlalu jauh level intelektualnya, biasanya enggak cocok. Cara ngomong, cara mengatur keuangan, sampai cara beli barang bisa beda,” jelasnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by islamicbookfairofficial (@islamicbookfairofficial)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement